Gaya hidup masyarakat yang konsumtif saat ini mengakibatkan peningkatan timbulan sampah. Dampak sampah yang tidak terkelola akan memberikan efek negatif bagi kesehatan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Kota Kediri merupakan kota dengan kategori sedang yang memiliki persentase timbulan sampah makanan lebih banyak dibandingkan komposisi sampah lainnya. Oleh karena itu, salah satu cara yang dilakukan Pemerintah Kota Kediri bersama dengan Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan, dan Pertamanan (DLHKP) yakni membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pengolahan Sampah berbasis Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) yang berguna untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis model komunikasi antara pengawas DLHKP kepada para koordinator pengelola TPST dan TPS 3R. Kota Kediri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diambil dengan metode observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan studi literatus dengan teknik purposive sampling untuk penentuan informan. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa model komunikasi Harold Lasswell menjadi model komunikasi yang dipilih untuk melihat proses komunikasi pengembangan kawasan pengomposan yang terjadi di TPST dan TPS 3R Kota Kediri. Hal ini dikarenakan proses komunikasi yang berjalan telah memuat lima unsur komunikasi Lasswell yaitu komunikator, pesan, saluran komunikasi, komunikan, dan  efek,  Kemudian hambatan komunikasi yang terjadi dalam proses penyampaian informasi terkait pengelolaan sampah dan kompos di TPST dan TPS 3R yakni perbedaan pendapat, prasangka yang buruk, dan kurangnya penggunaan media massa. Hambatan tersebut membuat adanya pengelolaan sampah khususnya kompos belum berjalan secara optimal.