Hallyu di Indonesia menarik perhatian para akademisi untuk meneliti terkait persinggungan antara nilai-nilai budaya pop Korea yang cenderung kontra Islam dengan penggemarnya dari kalangan perempuan yang justru menampilkan simbol keagamaan melalui hijab. Studi ini menggambarkan adanya pola konstruksi identitas keagamaan yang berbeda antara para penggemar budaya pop Korea sehingga juga menampilkan pola menggemari yang berbeda-beda. Berbeda dengan studi sebelumnya yang fokus pada bagaimana mereka menegosiasikan nilai-nilai keislaman untuk menggemari idola K-Pop mereka. Studi ini justru mendalami adanya perbedaan pengetahuan dan pengalaman keislaman antara para penggemar K-Pop yang diinternalisasi sebagai identitas keagamaannya sehingga menampilkan pola menggemari yang berbeda-beda. Studi ini menggunakan metode kualitatif dengan tinjauan literatur dan wawancara mendalam. Melalui teori konstruksi Peter L. Berger, penulis berpendapat bahwa pemaknaan subjektif terhadap pengetahuan dan pengalaman keagamaan dapat bervariatif tergantung proses objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi para subjek. Ini kemudian memunculkan corak keislaman tertentu yang menjadi gambaran representasi kelompok penggemar atau disebut fandom. Ini menghasilkan dua corak beragama perempuan berhijab penggemar budaya pop Korea di Indonesia: 1) fandom muslim-moderat adalah mereka yang menjadikan Islam dan K-Pop adalah dua hal yang tidak bertentangan sehingga menerima hampir semua nilai-nilai budaya tersebut dan 2) fandom muslim-konservatif adalah mereka yang hanya menerima sebagian nilai-nilai budaya pop Korea.