Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Mengkaji Karakteristik dan Aplikasi Sensor RS II 79 KC Vaisala Hasil Pengujian di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pasuruan Salasa, Rian Pramudia; Subiakto, Toni
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.65 KB)

Abstract

Sensor RS II 79 KC Vaisala merupakan transduser, yang mengkonversi perubahan suhu menjadi perubahan resistansi (ΔT  ΔR). Untuk mencari karakteristik sensor dilakukan dengan cara mengukur nilai resistansi mulai dari suhu : 20°C sampai 35°C. Dari hasil pengukuran, maka sensor tersebut dikategorikan type negative temperature coefficient (NTC) dimana setiap ada kenaikan suhu maka nilai resistansinya semakin turun, sedangkan perubahan respon sensornya non-linear. Untuk aplikasi pada perancangan analog sensor digunakan blok pengkondisi sinyal yang berfungsi melakukan konversi dari perubahan resistansi menjadi perubahan tegangan (ΔR  ΔV). Meski perubahan dalam ordo kecil, tetapi dapat dilakukan penguatan dengan merancang operational amplifier (Op-Amp) system proportional integrator derevativ (PID) sehingga dapat menghasilkan keluaran penguatan sinyal analog linear.
Selisih Rerata Radiasi Matahari Bulanan Musim Panas dan Hujan Hasil Observasi Tahun 2015 di Balailapan Pasuruan Subiakto, Toni
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.834 KB)

Abstract

Intensitas Radiasi matahari (MTH) akan tinggi ketika cahaya matahari dapat masuk secara langsung Ke bumisecara optimal. Pengukuran radiasi MTH diambil dari lokasi observasi di BPD Watukosek menggunakanalatAutomatic Weather Station (AWS) DAVIS 6.0.3, lokasi penempatan alat tersebut pada posisi : 112º 40’ BT, 7º 34’ LS, ketinggian : ± 50 meter diatas permukaan laut (dpl) selainjarak matahari, besar/kecil sudut, sun duration dan pengaruh atmosfer, terjadinya hujan juga sangat berpengaruh terhadap intensitas radiasi MTH. Sampling data radiasi setiap bulan diambil saat panas dan hujan. Data curah hujan diambil secara akumulasi harian, bulanan dan tahunan, sedangkan sampling radiasi MTH diambil nilai rerata setiap hari mulai pukul : 01.00 s/d 24.00 dengan 2 kategoriyaitu saat panas dan hujan. Radiasi MTH saat panas lebih dominan bila dibandingkan saat hujan, selisih tertinggi radiasi pada bulan Maret sebesar : 195,11 W/m2 dengan curah hujan (CH) : 417,3 mm dan selisih terendah pada bulan Nopember sebesar : 14,71 W/m2 dengan curah hujan (CH) : 22,53 mm. sedangkan jumlah curah hujan (CH) satu tahun : 1.427,28 mm untuk radiasi MTH pada bulan :Juli, Agustus, September dan Oktober tidak menghasilkan selisih data radiasi MTH karena tidak terjadi hujan.
Dampak Fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) Terhadap Perilaku Data Radiasi Matahari Hasil Observasi Lapan Pasuruan (26 Desember 2019) Subiakto, Toni; Al-Ghozali, Habib Khirzin; Jumadi, J
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.126 KB)

Abstract

Gerhana matahari cincin merupakan fenomena alam langka yang terjadi secara periodik, sehingga moment seperti ini tidak akan dapat dinikmati sewaktu-waktu. Saat terjadi GMC posisi matahari, bulan dan bumi berada pada garis lurus, dimana posisi bulan berada diantara matahari dan bumi. Dalam pengamatan GMC tersebut LAPAN Pasuruan memasang beberapa teleskop portabel dan merekam data radiasi matahari menggunakan alat Automatic Weather Station (AWS). Pengambilan data radiasi matahari untuk proses analisa pada pukul : 11.00 wib. – 14.30 wib. Ketika memasuki fase awal GMC, saat GMC dan akhir GMC, pada satu hari sebelum, saat dan setelah GMC dalam kondisi tanggal : 25 Desember 2019 (min : 32 w/m2, max : 909 w/m2 , jml : 24.685 w/m2) tanggal 26 Desember 2019 (min : 218 w/m2, max : 608 w/m2, jml : 15.419 w/m2) tanggal 27 Desember 2019 (min : 50 w/m2, max : 955 w/m2, jml : 23.592 w/m2) dengan nilai prosentase = (( jml/∑jml)x100%) maka didapat nilai prosentase pada (tgl 25 = 38,75%, tgl 26 = 24,21%, tgl 27 = 37,04%) hasil analisa menyimpulkan dampak dari fenomena GMC terhadap perilaku data radiasi matahari mengalami perubahan sebagai berikut : nilai minimal mengalami kenaikan dari biasa dibandingkan data jam yang sama pada satu hari pra dan pasca GMC jumlah radiasi tanggal 26 Desember 2019 mengalami penurunan dibandingkan data pada tanggal 25 atau 27 Desember 2019.
Variasi Kelembaban Vertikal Sampai Ketinggian 10 km di Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat, dari Data Observasi (23/8/2019) Subiakto, Toni; Risdianto, Dian Yudha
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (867.405 KB)

Abstract

Observasi meteo vertikal pada tanggal : 23 Agustus 2019 di LAPAN Garut, di Desa Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat berada pada lokasi : -7⁰ 38’ 29’’ S / 107⁰ 43’ 60’’ E ketinggian 10 meter diatas permukaan laut (dpl) peralatan observasi terdiri dari bagian transmitter (radiosonde) dan bagian receiver (antenna, radio transceiver dan computer) yang dapat menghasilkan parameter data meteo seperti suhu, tekanan dan kelembaban mulai dari permukaan sampai ketinggian maksimum balon. Untuk analisa data ini mengambil data kelembaban mulai dari permukaan sampai ketinggian 10 Km. dengan membagi ketinggian menjadi beberapa lapisan setiap 1 Km. Nilai rerata kelembaban ((RHum) = (∑Hum/N)) yang menghasilkan rerata kelembaban sebagai berikut Lapisan A : 63,97 Lapisan B : 45,14 Lapisan C : 15,81 lapisan D : 23,38 Lapisan E : 27,27 Lapisan F : 34,85 Lapisan G : 27,05 Lapisan H : 11,27 Lapisan I : 7,1 Lapisan J : 18,8 dari ke 5 urutan teratas kondisi rerata lapisan sebagai berikut Lapisan A, Lapisan B, Lapisan F, Lapisan E dan Lapisan G.
Mengkaji Cara Kerja Penakar Curah Hujan Digital pada Alat Automatic Weather Station (AWS) di Lapan Pasuruan Subiakto, Toni; Ninoi, Noer Abdillah Sahri Noto Soepeno
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2020: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.609 KB)

Abstract

Terdapat 2 bagian terpenting pada transduser (sensor) pengukur curah hujan sistem digital, yaitu bagian penampung volume air hujan (cawan berjungkit) dan bagian saklar pulsa (clock switch) jumlah curah hujan yang diukur dan diproses berawal dari bagian transduser. Beberapa unit blok pada alat penakar curah hujan digital menghasilkan nilai besaran untuk proses hasil curah hujan (CH) adapun beberapa blok terkait tersebut adalah : curah hujan (CH), kapasitas tampungan air (KTA) dan jumlah pulsa (∑ PLS). Untuk mengukur curah hujan dapat dihitung (CH) = (KTA) x (∑ PLS) secara mekanik kalibrasi alat tersebut dapat dilakukan dengan memutar pengatur kapasitas tampungan air sampai pada kapasitas tampung yang disesuaikan. Sistem penghitung clock/pulsa menggunakan up counter dari JK flip-flop yang memiliki 3 masukan yaitu : J, K, Clock dengan keluaran inverting Q (sebagai contoh menggunakan komponen IC 74LS73) hasil pengukuran alat penakar hujan digital AWS davis 6.0.3 di LAPAN Pasuruan dengan memasukkan air sebanyak : 100 ml dapat menghasilkan jumlah pulsa (PLS) : 18 sehingga kapasitas tampungan air KTA dapat dihitung sebanyak = 5,5 ml hasil kajian logika kerja pengukur curah hujan (CH) digital pada alat AWS Davis 6.0.3 di LAPAN Pasuruan didapatkan gerbang logika AND atau PERKALIAN.