Penggunaan minyak jelantah secara berulang berdampak buruk bagi kesehatan karena memiliki kandungan FFA (Free Fatty Acid) yang melebihi standar SNI 7709:2019 (kualitas minyak goreng sawit). Kadar FFA minyak jelantah dalam penelitian ini sebesar 0,82%. Berdasarkan permasalahan tersebut, solusi yang dapat dilakukan adalah regenerasi minyak dengan metode adsorpsi. Adsorpsi kali ini menggunakan adsorben dari limbah kulit ari kedelai. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas adsorben kulit ari kedelai dalam menurunkan FFA pada minyak jelantah dalam kurun waktu kontak yang ditentukan. Kulit ari kedelai diserbukkan hingga berukuran 70 mesh. Kulit ari kedelai ditambahkan ke minyak jelantah dengan takaran 15 gram untuk 100 ml minyak jelantah dengan variasi waktu kontak 2x12 jam, 3x12 jam, 4x12 jam, dan 5x12 jam di tiap wadah yang berbeda. Hasil menunjukkan bahwa kadar FFA justru meningkat pada waktu kontak 2x12 jam sampai 4x12 jam. Namun, semakin lama perendaman, kadar FFA semakin menurun. Waktu kontak 5x12 jam merupakan waktu terbaik dalam mengadsorb FFA karena dapat menurunkan kadar FFA dari 0,82% menjadi 0,66%, menaikan kadar air minyak sebanyak 0,002%, dan menyerap warna minyak jelantah yang awalnya hitam kecoklatan menjadi coklat. Dengan ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini telah sesuai literatur yang menyatakan bahwa semakin lama waktu bersinggungan adsorben dan adsorbat maka penyerapan adsorbat makin banyak. Namun, belum bisa menurunkan kadar FFA hingga sesuai SNI 7709:2019. Maka dari itu, perlu penelitian lanjutan terkait aktivasi adsorben yang tepat agar adsorben dapat mengadsorb FFA secara optimal.