Penelitian ini berangkat dari kebutuhan krusial perusahaan start-up yang beroperasi dalam lingkungan bisnis yang sangat dinamis dan mengharuskan infrastruktur pusat data yang tidak hanya skalabel tetapi juga efisien biaya secara fundamental. Pusat data tradisional (DC) yang membutuhkan investasi modal (Capex) besar dan manajemen operasional yang kaku seringkali tidak relevan bagi start-up yang fokus pada pertumbuhan cepat dan iterasi produk. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah merumuskan model arsitektur teknologi informasi dan komunikasi (TIK) DC yang optimal bagi start-up, di mana desain tersebut secara inheren mampu menyeimbangkan metrik teknis seperti ketersediaan dan latensi dengan metrik bisnis seperti Total Cost of Ownership (TCO) dan time-to-market. Metodologi yang digunakan mengadopsi pendekatan Design Science Research (DSR), yang diawali dengan analisis komprehensif terhadap kebutuhan spesifik start-up (termasuk proyeksi pertumbuhan pengguna dan beban kerja), dilanjutkan dengan evaluasi opsi infrastruktur terkini (seperti Software-Defined Data Center dan Hybrid Cloud), dan diakhiri dengan perancangan arsitektur logis serta fisik yang divalidasi melalui skenario beban kerja simulasi. Hasil penelitian ini mengusulkan sebuah arsitektur Hybrid Cloud yang diperkuat oleh teknologi Kontainerisasi (Kubernetes), memungkinkan alokasi sumber daya yang gesit, proses deployment yang otomatis melalui prinsip Continuous Integration/Continuous Deployment (CI/CD), dan strategi Disaster Recovery yang terdistribusi. Kesimpulan utama menunjukkan bahwa arsitektur yang diusulkan berhasil mengurangi kompleksitas manajemen TIK secara signifikan, sekaligus memberikan kerangka kerja yang fleksibel bagi start-up untuk mempertahankan daya saing dan mendukung pertumbuhan eksponensial tanpa menghadapi bottleneck infrastruktur.