Iin Rahmawati, Siti Musliha, Iin Rahmawati, Neng Dhea Pebrianti, Nursiah, Omah Mukaromah
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENDAMPINGAN KEPADA MAHASISWA DALAM MEMAHAMI ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR DI MASYARAKAT BADUY LUAR Iin Rahmawati, Siti Musliha, Iin Rahmawati, Neng Dhea Pebrianti, Nursiah, Omah Mukaromah
JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SERUMPUN MENCIPTA Vol. 2 No. 2, September (2025): Jurnal PkM Serumpun Mencipta
Publisher : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SERUMPUN MENCIPTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan ini membahas kehidupan, budaya, dan tradisi masyarakat Suku Baduy, khususnya Baduy Luar, yang menetap di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy merupakan bagian dari suku Sunda dan dikenal karena keteguhannya dalam mempertahankan adat istiadat serta menolak modernisasi yang dianggap dapat mengganggu keseimbangan hidup mereka. Dengan pendekatan kualitatif dan teknik triangulasi sumber serta teori, kegiatan ini dilakukan untuk menggali lebih dalam cara hidup, sistem nilai, dan adaptasi masyarakat Baduy terhadap tantangan globalisasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat Baduy memiliki struktur sosial dan budaya yang kokoh, diwariskan secara turun-temurun sejak masa Kerajaan Pajajaran.Dalam aspek ekonomi, mereka menggantungkan hidup dari bercocok tanam dan pemanfaatan sumber daya alam sekitar, seperti produksi gula aren, madu hutan, dan buah-buahan. Namun, akibat keterbatasan lahan dan pengaruh dari luar, sebagian masyarakat Baduy mulai membuka diri terhadap kegiatan ekonomi non-tradisional, seperti berdagang dan menjadi pemandu wisata. Meski demikian, mereka tetap mempertahankan prinsip adat dan keselarasan dengan alam. Arsitektur rumah adat mereka juga mencerminkan filosofi hidup sederhana, dengan bahan bangunan alami dan tanpa penggunaan paku.Tradisi spiritual seperti Kawalu, yaitu puasa selama tiga bulan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy sebagai bentuk penyucian diri, menjadi salah satu pilar penting dalam menjaga kemurnian budaya dan spiritualitas mereka. Suku Baduy menolak penggunaan listrik dan teknologi modern, dan ini bukan karena keterbatasan, melainkan karena komitmen terhadap nilai leluhur. Kegiatan ini menunjukkan bahwa masyarakat Baduy mampu mempertahankan identitas budaya mereka secara konsisten meskipun berada dalam tekanan perubahan sosial yang semakin besar. Studi ini juga menyumbang pemahaman penting dalam konteks pelestarian budaya lokal yang berkelanjutan.