Proses pemanasan dalam pembuatan simplisia sambiloto mengakibatkan degradasi klorofil. Peningkatan stabilitas klorofil dapat dilakukan dengan pembentukan kompleks mettaloklorofil dengan logam yang lebih stabil seperti Zn. Keberhasilan pembentukan Zn-klorofil juga dipengaruhi oleh metode pemanasan, diketahui proses blanching mengakibatkan banyak klorofil yang terlarut dalam medium, sehingga dalam penelitian ini digunakan metode pemanasan oven dan autoklaf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi reagen ZnCl2 dan metode pemanasan terhadap karakteristik kimia, dan fisik bubuk simplisia sambiloto yang dihasilkan. Cara pembuatan simplisia sambiloto dilakukan melalui tahapan sortasi, penggilingan, pengayakan, pencampuran dengan ZnCl2 (0, 200, 300, 400, dan 500 ppm), pemanasan (oven dan autoklaf), dan pengeringan. Bubuk simplisia sambiloto yang dihasilkan dianalisis kadar air, kadar abu, kadar klorofil, warna dan stabilitas warnanya. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Data yang diperoleh dianalisis variansi dan jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi metode pemanasan dan konsentrasi ZnCl2 berpengaruh nyata terhadap kadar abu, klorofil, intensitas warna hijau, dan stabilitas warna, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air bubuk simplisia sambiloto. Bubuk simplisia sambiloto yang berkadar klorofil tinggi dapat dihasilkan dengan konsentrasi reagen ZnCl2 200 ppm dan metode pemanasan dengan autoklaf dan mempunyai kadar klorofil 420.94 mg/100 g bb, kadar air 7.13 % bb, kadar abu 15.41 % bk, dan intensitas warna hijau -2,58.