Ketimpangan spasial dalam potensi investasi sektor perikanan di Indonesia memerlukan instrumen pengukuran yang komprehensif dan multidimensional. Penelitian ini mengembangkan indikator komposit untuk menilai potensi wilayah investasi sektor perikanan dengan mengintegrasikan prinsip ekonomi biru dan pendekatan pembangunan berbasis wilayah (place-based development). Menggunakan data sekunder periode 2016-2020 dari 33 provinsi di Indonesia, penelitian ini menerapkan Principal Component Analysis (PCA) untuk mengidentifikasi dan membobot 19 indikator strategis yang dikategorikan dalam enam dimens, yang terdiri dari ekonomi, finansial, infrastruktur-logistik, lingkungan, sosial-kependudukan, dan kelembagaan. Hasil penelitian mengungkapkan ketimpangan spasial yang signifikan, dengan skor indikator komposit berkisar 0,056 (Jambi) hingga 0,742 (Jawa Timur). Dimensi sosial-kependudukan (bobot 0,286) dan kelembagaan (bobot 0,273) merupakan faktor kunci daya saing wilayah. Novelty penelitian ini terletak pada integrasi pendekatan multi-dimensional berbasis PCA dengan prinsip ekonomi biru dalam konteks spasial Indonesia, serta identifikasi paradoks “potensi-kinerja” dimana provinsi dengan kekayaan sumber daya alam perikanan tinggi justru memiliki skor indikator komposit rendah. Implikasi kebijakan menekankan perlunya reformasi kelembagaan, peningkatan kapasitas SDM, dan penguatan infrastruktur pada provinsi berpotensi tinggi namun berkinerja rendah, dengan penerapan model place-based development yang adaptif terhadap karakteristik regional.title: Composite Indicator of Regional Potential for Investment in the Fisheries SectorSpatial disparities in fisheries investment potential across Indonesia necessitate comprehensive and multidimensional measurement instruments. This study develops a composite indicator to assess regional fisheries investment potential by integrating blue economy principles and place-based development approaches. Utilizing secondary data from 2016-2020 covering 33 Indonesian provinces, this research employs Principal Component Analysis (PCA) to identify and weight 19 strategic indicators categorized into six dimensions: economic, financial, infrastructure-logistics, environmental, socio-demographic, and institutional. The findings reveal significant spatial inequalities, with composite indicator scores ranging from 0.056 (Jambi) to 0.742 (East Java). The socio-demographic dimension (weight 0.286) and institutional dimension (weight 0.273) emerged as key determinants of regional competitiveness. The novelty of this research lies in integrating PCA-based multidimensional approaches with blue economy principles in Indonesia’s spatial context, and identifying the “potential-performance paradox” where provinces with abundant fisheries resources demonstrate low composite indicator scores. Policy implications emphasize institutional reforms, human resource capacity building, and infrastructure strengthening in high-potential but low-performing provinces, through adaptive place-based development models responsive to regional characteristics.