Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak inflasi dan deflasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2020–2024. Latar belakang penelitian berangkat dari dinamika ekonomi pascapandemi COVID-19, di mana Indonesia menghadapi tekanan harga yang fluktuatif akibat gangguan rantai pasok global, perubahan permintaan domestik, dan kebijakan fiskal–moneter yang adaptif. Fenomena inflasi dan deflasi menjadi isu penting karena keduanya berpengaruh langsung terhadap daya beli masyarakat, investasi, serta stabilitas ekonomi nasional.Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif, memanfaatkan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait inflasi, deflasi, dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada periode 2020–2024. Analisis dilakukan melalui penelaahan tren tahunan dan bulanan untuk memahami hubungan antara perubahan harga dan laju pertumbuhan ekonomi, serta dibandingkan dengan teori ekonomi klasik, monetaris, dan pasca-Keynesian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inflasi Indonesia sempat meningkat pada 2022 sebesar 5,51% akibat kenaikan harga energi global, namun kembali menurun menjadi 2,61% pada 2023 dan 1,57% pada 2024, seiring stabilitas ekonomi domestik. Pertumbuhan ekonomi pulih stabil di kisaran 5% per tahun, menandakan bahwa inflasi moderat justru mendukung ekspansi ekonomi, sedangkan deflasi yang terjadi bersifat temporer dan tidak menimbulkan spiral resesi. Kesimpulannya, inflasi terkendali berperan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara inflasi tinggi dan deflasi berkepanjangan berpotensi menekan aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat