Pelayanan Kesehatan Primer di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait ketimpangan dalam akses dan kualitas layanan. Hal ini sangat terasa di daerah-daerah yang memiliki sarana terbatas dan distribusi tenaga kesehatan yang belum merata. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan mendorong pelaksanaan Integrasi Layanan Primer (ILP) di puskesmas, yang bertujuan untuk meningkatkan akses, mutu, dan efektivitas pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana ILP dilaksanakan di Puskesmas Sokorejo Kota Pekalongan, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaannya. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif studi kasus, dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi pada Mei-Juni 2025. Informan dalam penelitian ini meliputi kepala puskesmas, tenaga kesehatan, kader ILP, dan kelompok sasaran. Hasil pencapaian program ILP di Puskesmas Kalibaros dan Setono selama periode JanuariāJuni masih belum mencapai optimalitas, dengan adanya kesenjangan yang signifikan antara target dan realisasi kehadiran peserta pada hampir semua kelompok sasaran. Pencapaian tertinggi terdapat pada kelompok balita di Kalibaros (62,4%-73,0%), kelompok remaja dan usia produktif di Kalibaros dan Setono menunjukkan partisipasi terendah, dengan capaian 1,7%-8,6% untuk remaja, dan 3,5%-7,4% untuk usia produktif. Keterbatasan sarana prasarana, jadwal layanan yang belum optimal, dan pemahaman masyarakat yang bervariasi menjadi kendala. Secara keseluruhan, ILP di Puskesmas Sokorejo dapat dijadikan model untuk pelayanan kesehatan primer yang holistik, terkoordinasi, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan strategi sosialisasi yang inklusif dan penguatan kolaborasi lintas sektor agar program ini dapat berkelanjutan dan manfaatnya dapat diperluas di masa depan.