Difteri menjadi salah satu penyebab utama kematian anak dan dewasa pada era pre-vaksin. Insiden difteri secara global kembali meningkat pada beberapa tahun terakhir dengan case fatality rate (CFR) mencapai 10%. Manusia tidak memiliki kekebalan alami terhadap difteri, sehingga pemberian imunisasi sangat penting untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi difteri, mengurangi tingkat keparahan dan risiko kematian. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran distribusi kasus, tingkat keparahan gejala, riwayat imunisasi difteri dan risiko kematian pada penderita difteri di Indonesia tahun 2020 s.d 2022. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder laporan kasus difteri nasional tahun 2020 s.d 2022. Dari 563 responden, studi kami menunjukkan penderita difteri paling banyak berusia 5 s.d 17 tahun (53,8%), laki-laki (55,8%) dan memiliki riwayat imunisasi difteri tidak lengkap/ tidak diimunisasi sama sekali (75,8%). Analisis multivariat menunjukkan bahwa penderita difteri dengan gejala berat memiliki kemungkinan 2,30 (aOR 2,30; 95%CI 1,32-4,01) kali lebih tinggi untuk mengalami kematian dibandingkan penderita difteri dengan gejala ringan, sedangkan pada penderita difteri dengan riwayat imunisasi tidak ada/ tidak lengkap memiliki kemungkinan 2,70 (aOR 2,70; 95%CI 1,16-6,25) kali lebih tinggi untuk mengalami kematian dibandingkan penderita difteri dengan riwayat imunisasi difteri lengkap setelah dikontrol variabel umur, hasil kultur spesimen C.diphtheria dan tingkat keparahan gejala. Dengan mengetahui distribusi kasus, tingkat keparahan gejala, riwayat imunisasi difteri dan risiko kematian pada penderita difteri, diharapkan pencegahan dan pengendalian difteri dapat dilakukan lebih optimal oleh pemerintah melalui kolaborasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, para ahli, Non-Government Organization dan dan pihak swasta terkait sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat difteri.