Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tradisi Dragel dalam masyarakat Suku Sangir sebagai bentuk pendampingan keindonesiaan dalam menghadapi kedukaan. Tradisi Dragel dipahami sebagai praktik kolektif yang memadukan simbolisasi kedukaan, nyanyian penghiburan, doa bersama, dan peran pengusung untuk memberikan dukungan sosial, emosional, dan spiritual bagi keluarga yang berduka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-analitik dengan sumber data primer dari wawancara mendalam dan observasi partisipatif pada tokoh adat, anggota jemaat dan masyarakat yang terlibat dalam Dragel. Analisis data dilakukan melalui reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan secara interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dragel bukan sekadar ritual adat, melainkan mekanisme pendampingan berbasis budaya yang menegaskan solidaritas, kebersamaan, dan gotong royong sebagai nilai inti masyarakat. Simbol-simbol kedukaan dalam Dragel membantu memperkuat relasi komunal dan menyediakan ruang bagi ungkapan duka secara kolektif, sehingga berkontribusi pada proses penguatan emosional dan spiritual keluarga yang berduka. Meskipun demikian, keberlanjutan tradisi ini menghadapi tantangan terkait keterlibatan generasi muda, urbanisasi, mobilitas sosial, dan perubahan konteks sosial-religius. Temuan ini memberikan implikasi bagi praktik pendampingan pastoral berbasis budaya serta pelestarian tradisi lokal sebagai model kontekstual yang relevan dalam masyarakat Indonesia. Penelitian ini menegaskan pentingnya mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya dalam setiap intervensi pendampingan untuk mencapai dampak yang autentik dan berkelanjutan.