Achmad Mustaqim Tamami
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Menyinggung Keterhubungan Antara Kemiskinan, Ketidakadilan, Radikalisme, Gender, Dan Lingkungan Yang Menjadi Persoalan Multidimensi Laelatul Nafiyah; Komariyah; Fijannatin Aliyah; Meylan Intan Lestari; Sarisadatul Ummah; Achmad Mustaqim Tamami
Menulis: Jurnal Penelitian Nusantara Vol. 1 No. 12 (2025): Menulis - Desember
Publisher : PT. Padang Tekno Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59435/menulis.v1i12.787

Abstract

Fenomena kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, gender, dan lingkungan tidak dapat dipahami sebagai persoalan terpisah, melainkan sebagai jejaring kompleks yang saling memperkuat. Kajian-kajian sebelumnya cenderung menempatkan isu tersebut secara sektoral, sehingga menyisakan kesenjangan teoritik dalam membaca keterhubungan multidimensional yang membentuk krisis sosial-ekologis kontemporer. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara lima isu tersebut serta merumuskan paradigma pembangunan sosial-ekologis yang berkeadilan melalui pendekatan interdisipliner dan kritis-transformasional. Penelitian ini menggunakan metode systematic literature review terhadap publikasi ilmiah ­­internasional 10 tahun terakhir yang relevan dengan isu kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, gender, dan lingkungan, dilengkapi dengan analisis dokumen kebijakan global maupun nasional. Data dianalisis menggunakan thematic analysis untuk mengidentifikasi pola keterhubungan antar isu dan critical discourse analysis untuk membongkar narasi dominan yang melanggengkan ketidakadilan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kemiskinan bersifat struktural dan menjadi akar bagi kerentanan gender serta tumbuhnya radikalisme. Ketidakadilan dalam distribusi sumber daya memperkuat siklus eksklusi sosial, sementara degradasi lingkungan berkontribusi terhadap krisis ekonomi dan konflik sosial. Perempuan dan kelompok marjinal muncul sebagai pihak yang paling terdampak namun paling lemah dalam representasi kebijakan. Temuan ini memperlihatkan bahwa kelima isu tidak hanya saling berkaitan, tetapi membentuk lingkaran sistemik yang sulit diputus tanpa pendekatan holistik. Kesimpulannya, diperlukan paradigma pembangunan sosial-ekologis berkeadilan yang mengintegrasikan dimensi ekonomi, sosial, gender, dan lingkungan. Secara teoretis, penelitian ini memberikan kontribusi pada pengayaan kajian interdisipliner dalam ilmu sosial-humaniora, sementara secara praktis memberikan rekomendasi untuk perumusan kebijakan publik yang lebih inklusif dan berkelanjutan.