Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir hingga alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil, biasanya selama 6 minggu atau 42 hari. Periode nifas merupakan fase kritis bagi kesehatan ibu, dimana komplikasi dapat terjadi, terutama dalam 24 jam pertama pasca melahirkan. Penyebab utama tingginya angka kematian ibu nifas yaitu infeksi dan perdarahan pasca melahirkan, serta faktor SDM dan infrastruktur kesehatan yang kurang memadai. Pemerintah mendorong program kunjungan nifas 4 kali untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu. Tujuan penelitian yaitu melaksanakan asuhan kebidanan masa nifas sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder dari buku KIA. Hasil pengumpulan data didokumentasikan dalam format SOAP (Subjektif, Objektif, Asessment, Planning). Asuhan kebidanan dilakukan 4 kali kunjungan. Kunjungan pertama (KF 1) pada hari pertama, ibu mengeluh mules dan pegal, ASI mulai keluar, dan IMD dilakukan segera setelah kelahiran. Kunjungan kedua (KF 2) pada hari keenam menunjukkan kondisi ibu membaik tanpa keluhan, dengan ASI keluar lancar dan lochea merah kecoklatan. Kunjungan ketiga (KF 3) pada hari kesebelas, ibu dalam kondisi stabil, ASI lancar dan lochea kekuningan. Kunjungan keempat (KF 4) pada hari ketiga puluh, ibu dalam kondisi baik, ASI eksklusif diberikan, dan lochea berwarna putih. Ibu diberikan konseling tentang KB dan memilih KB suntik. Kesimpulan menunjukkan asuhan kebidanan masa nifas dapat menjadikan involusi uterus berjalan dengan baik dan mencegah komplikasi, dengan konseling dan edukasi efektif meningkatkan kesadaran ibu terhadap kesehatan dan perawatan pasca melahirkan.