Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses pelaksanaan mappadendang sebagai media pengobatan, serta mendeskripsikan fungsi dan makna mappadendang sebagai media pengobatan pada orang Bugis di Desa Benua Kabupaten Konawe Selatan. Kajian ini menggunakan metode etnografi dengan teknik pengumpulan data pengamatan dan wawancara mendalam. Data dianalisis dari awal penelitian secara deskriptif kualitatif. Mappadendang merupakan ritual pengungkapan rasa syukur kepada sang pencipta atas keberhasilan hasil panen yang dilaksanakan sekali setahun oleh masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Fenomena serupa juga dilakukan oleh orang Bugis perantauan yang ada di Desa Benua Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara. Mereka masih mempertahankan tradisi tersebut walaupun pekerjaan pokok mereka bukan lagi sebagai petani sawah yang menghasilkan butiran padi. Pelaksanaan mappadendang di desa ini sekaligus menjadi media pengobatan dan pencegahan penyakit bagi masyarakat. Pengobatan dilakukan oleh tokoh sentral yang disebut puang sanro (dukun). Proses mendapatkan petunjuk atau ilham dari Allah SWT yang menurut mereka melalui leluhur (puang nene) berlangsung bersamaan dengan proses mappadendang. Sedangkan pengobatan dilakukan setelah proses pelaksanaan mappadendang selesai. Puang sanro melakukan sholat 5 (lima) waktu yang bertujuan untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT agar dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh intervensi mahluk halus, teguran dari roh leluhur dan intervensi manusia (doti-doti). Sedangkan fungsi mappadendang selain dari pengobatan dan pencegahan penyakit juga dapat dijadikan sebagai tempat bertemunya pasangan muda-mudi, hiburan, menjalin silaturahmi, dan menjalin hubungan kekerabatan antar masyarakat yang mengahdiri acara tersebut.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2016