Latar Belakang: radiografi periapikal dua dimensi merupakan pemeriksaan yang sering dipergunakan untuk mengevaluasi hasil perawatan. Kelemahan inherent seperti superimposed, distorsi dan tidak dapat menampilkan lesi dari berbagai aspek membuat para dokter sulit untuk mendapatkan informasi yang sesuai keadaan yang sebenarnya karena keterbatasan radiograf dua dimensi. Pencitraan CBCT dapat menyediakan informasi yang relevan yang tidak ditemukan dalam radiografi periapikal.Laporan Kasus: pasien laki-laki berusia 38 tahun dengan keluhan utama gigi insisivus sentral rahang atas yang berubah warna karena trauma 10 tahun yang lalu. Pasien dirujuk untuk dilakukan radiografi periapikal, di mana tampak gambaran lesi radiolusen berbatas jelas di apikal disertai resorbsi internal gigi 11, dengan diagnosis granuloma periapical et causa nekrosis pulpa gigi 11. Setelah dilakukan perawatan 2 bulan dilakukan evaluasi I dengan radiografi CBCT, tampak tampak lesi radiolusen berbatas jelas dan tegas berukuran ±3,6 mm di apikal serta adanya perforasi sisi mesial akar gigi yang menyebabkan lesi radiolusen di sisi mesial gigi 11 disertai perforasi kortikal di tulang daerah palatal. Enam bulan kemudian dilakukan evaluasi II menggunakan radiografi periapikal dan CBCT. Pada radiografi periapikal tampak, lesi radiolusen berbatas jelas dan tidak tegas di apikal gigi. Pada radiografi CBCT tampak lesi radiolusen berbatas jelas yang telah mengecil di apikal, namun lesi di bagian mesial dan perforasi kortikal tulang palatal belum terjadi penyembuhan secara signifikan. Berdasarkan hasil radiografi CBCT, pasien di rujuk ke bagian Periodonti.Kesimpulan: pemeriksaan CBCT sangat diperlukan pada evaluasi perawatan kasus kompleks untuk mendapatkan informasi diagnostik yang lebih akurat.
Copyrights © 2019