Material komposit banyak digunakan untuk menggantikan material logam. Sebagai negara dengan iklim tropis, Indonesia banyak tumbuh tanaman tropis yang berpotensi sebagai bahan serat untuk material komposit. Selain dari harga yang relatif murah, serat alam merupakan limbah material organik yang dapat diurai oleh lingkungan dibanding dengan serat sintetis. Kebutuhan material komposit terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini akan mendorong kebutuhan dan permintaan serat alam semakin meningkat. Sebagian dari serat alam dihasilkan dari tanaman yang dikategorikan sebagai limbah bagi lingkungan.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman enceng gondok dan (Eichhornia Crassipes) serta sabut buah kelapa (Cocos Nucifera). Kedua jenis bahan tersebut merupakan sampah. Fabrikasi dilakukan dengan cara memisahkan sellulose dan senyawa lain untuk mendapatkan bahan serat. Matrik komposit menggunakan resin polyester Yukalac BQTN 157 dan hardner MEKPO. Komposisi antara matrik dan serat 70% : 30% dan 75% : 25%. Orientasi continous fiber dengan variasi 0°, 45°, 90° dan acak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui besarnya kadar air setelah fabrikasi dan yang kekuatan impak dari materal komposit serat alam.Hasil penelitian menunjukkan komposit dengan penguat sabut kelapa mempunyai ketangguhan impak yang lebih tinggit pada orientasi sudut serat 0° dan acak pada komposisi 70% : 30%. Penambahan jumlah serat terhadap matrik sangat signifikan meningkatkan ketangguhan impak sebesar 43,2% dan 61,5% pada orientasi penyusunan serat secara acak. Komposisi 75% : 25% terjadi peningkatan sebesar 37,5% dan 47,2% tersusun secara acak. Serat alam tersebut menunjukkan kenaikan energi impak sebesar 68,8% - 139% dengan melakukan orientasi penyusunan sudut serat.
Copyrights © 2019