Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2015

KEMATIAN DAN PEMAKAMAN LA TENRITATTA ARUNG PALAKKA DI BONTOBIRAENG KERAJAAN GOWA (1696)

Nurlindayani Nurlindayani (Sejarah)



Article Info

Publish Date
20 Mar 2015

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode penelitian sejarah dengan tahapan yakni; heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi yang merupakan tahapan penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Arung Palakka ini adalah orang yang pernah terlibat dalam perang Makassar pada tahun 1666 bersama Belanda dan Sultan Hasanuddin dan setelah perang Makassar berakhir Arung Palakka diangkat menjadi raja ke XV di Bone dan memiliki pengaruh besar di Sulawesi Selatan pada abad ke-17. Pada akhir abad 17, kondisi kesehatan Arung Palakka menurun sehingga tidak bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya. Maka hal ini ia memberi kepercayaan kepada keponakannya yaitu La Patau untuk menggantikan Arung Palakka sementara sehingga kesulitan yang dihadapi Arung Palakka selama sakit dapat diambil alih dan diatasi oleh La Patau dengan baik. Kesehatan Arung Palakka yang terus menurun meskipun mendapat pengobatan dari dokter sehingga tepat tanggal 6 April 1696 ia meninggal dunia dan dimakamkan berdampingan dengan Karaeng Pattingaloang di daerah Bontobiraeng.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa La Tenritatta Arung Palakka dimakamkan di Bontobiraeng wilayah Kerajaan Gowa sesuai dengan pesan/wasiat yang ditinggalkan sebelum meninggal dunia dan juga adanya hubungan kekeluargaan yang terjalin antara Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin, dimana istriĀ  kedua Arung Palakka yaitu Imengkawani Daeng Talele adalah adik dari Sultan Hasanuddin. Selain itu, sekaligus sebagai fakta bahwa antara Gowa dan Bone sudah tidak ada perselisihan.Kata Kunci: Kematian dan Pemakaman, La Tenritatta Arung Palakka

Copyrights © 2015