Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Vol. 3 No. 2 April - Juni 2016

RUNTUHNYA KERAJAAN ISLAM DI GRANADA 1492

Muhammad Ilham (Unknown)



Article Info

Publish Date
26 Jun 2016

Abstract

Runtuhnya Kerajaan Islam di Granada diawali dengan terpecahnya Andalusia menjadi Muluk Ath-Thawaif, pertikaian antara Muluk At-Thawaif itu kemudian mengundang kedatangan dua dinasti dari Afrika Utara yaitu, Dinasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun. Kondisi Kerajaan Granada saat itu sangatlah rapuh ditengah perseteruan keluarga kerajaan yang ingin memperebutkan tahta, kemudian diperparah dengan bersatunya Kerajaan Castilla dan Aragon. Boabdil ketika itu melakukan pemberontakan kepada ayahnya dan sempat menaiki tahta Kerajaan Granada namun disaat melakukan pertempuran melawan pasukan Kerajaan Castilla, ia kemudian ditahan, ayahnya pun kembali naik tahta. Sepeninggal ayahnya Kerajaan Granada diserahkan kepada adiknya yakni Al-Zagal. Boabdil kemudian dilepas dari tahanan oleh Ferdinand dan Isabella agar menjadi pemecah belah dan mampu memuluskan langkahnya merebut Kerajaan Granada. Taktik  Penguasa Kristen pun berhasil, tidak lama setelah itu Boabdil dengan dibantu oleh Kerajaan Castilla menyerang Al-Zagal yang kemudian berhasil mereka kalahkan, Boabdil kemudian kembali naik tahta tetapi Kerajaan Castilla berusaha memastikan kekalahan Kerajaan Granada dengan menyerang dan mengepung seluruh wilayah Kerajaan Granada hingga pada tanggal 2 Januari 1492, Kerajaan Granada pun berhasil diruntuhkan. Penyeba bruntuhnya Granada ialah kehidupan para keluarga kerajaan yang gemar hidup bermewah-mewah sehingga menimbulkan rasa cinta pada dunia dan melupakan jihad, memudarnya peran ulama, serta kubangan maksiat yang kemudian mendatangkan murkanya Allah atas menjauhnya mereka dari Manhaj Rasulullah Shallallahu ‘alahiwasallam. Ketika runtuhnya Granada maka umat Islam ketika itu dihadapkan pada dua pilihan yaitu, masuk agama Kristen atau meninggalkan Granada. Kebanyakan umat Islam hijrah ke Afrika Utara dan Turki Ustmani namun tidak sedikit juga yang memilih untuk tetap menetap di Granada dengan konsekuensi mereka harus murtad. Mereka yang tidak murtad menjadi Kripto-Muslim atau mereka mengaku sebagai Kristen tetapi pada praktiknya mereka masih Islam. Akhirnya, dibentuklah Dewan Inkuisisi yang bertugas untuk mencari dan menghukum penduduk Granada yang masih mempertahankan keislamannya.

Copyrights © 2016