Beberapa tradisi bersinggungan dengan keyakinan partisipannya pada Tuhannya. Seperti tradisi Panjang Mulud yang dilakukan oleh masyarakat Kebaharan. Tradisi ini memiliki makna keagamaan didalamnya yang bersifat transenden. Partisipannya diyakini melakukan komunikasi transendental antara dirinya dan Tuhannya. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui motif apa saja yang mendasari partisipan, konsep diri partisipan yang terbangun dalam tradisi ini serta makna tradisi Panjang Mulud sebagai media Komunikasi Transendental. Penulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan paradigma konstruktivis. Penulisan ini menggunakan teori konstruksi sosial dan interaksi simbolik. Hasil dari penulisan ini yaitu, motif yang mendasari partisipan adalah motif ibadah, ekonomi, perasaan (motif ‘untuk’) dan motif sosial, pengakuan, ibadah (motif ‘sebab’). Partisipan menilai dirinya sebagai muslim yang taat, dermawan dan berada. Makna yang terbentuk dalam tradisi ini sebagai bentuk ekspresi diri, identitas, momentum dan sebagai alat mencapai tujuan mereka. Komunikasi transendental ada dalam setiap proses tradisi panjang mulud dan dimaknai langsung oleh partisipan, melalui tindakan verbal berupa doa, dizkir mulud, marhaban dan pengajian maupun nonverbal seperti sedekah mengeluarkan panjang, silahturahim, dan ziarah yang kembali kepada keyakinan agama partisipannya sebagai bentuk keimanan, yang menjadi ciri komunikasi transendental. Kata Kunci: Komunikasi Transendental, Tradisi Panjang Mulud, Makna, Interaksi Simbolik, Konstruksi Sosial
Copyrights © 2017