Mahasiswa S1 Teologi Hindu
Vol 1, No 1 (2013)

KEBERADAAN PURA BEDUGUL DI SUBAK GEBANG GADING ATAS DESA PAKRAMAN TEGALMENGKEB KECAMATAN SELEMADEG TIMUR KABUPATEN TABANAN (Perspektif Teologi Hindu)

ERI PARMITA SARI, NI MADE (Unknown)



Article Info

Publish Date
10 May 2013

Abstract

Pura bedugul adalah tempat suci untuk para krama subak mempersembahkan banten yang berfungsi untuk memuja prawaba Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan pura bedugul dalam wilayah subak selalu berpedoman pada konsep Tri Kerangka Dasar Agama Hindu. Adanya pura bedugul di tengah-tengah masyarakat petani (krama subak) karena adanya kepercayaan/sraddha akan manifestasi Tuhan saktinya Dewa Wisnu (Dewi Danu/Dewi Sri) sebagai penguasa lahan pertanian, pemberi kemakmuran dan kesejahteraan petani yang telah diwariskan secara turun-temurun. Pura bedugul adalah spirit dari penguasa urip (jiwa) segala makhluk persawahan. Lima tahun terakhir ini lahan subak Gebang Gading Atas Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeng Timur, Kabupaten Tabanan mengalami penyusutan akibat alih fungsi lahan menjadi pembangunan villa. Pada tahun 2008 tercatat luas subak Gebang Gading Atas adalah 135 hektar dan sampai pada tahun 2012 tercatat masih 120 hektar. Alih fungsi lahan sawah pada subak menyebabkan pengurangan pengempon pura bedugul dari 174 menjadi 163 pengempon. Ketika hal ini akan terus berlangsung, pura bedugul akan terancam lenyap.              Melihat penjelasan di atas, akibat konversi lahan sawah menjadi sarana akomodasi pariwisata (villa) khususnya melihat sistem perangkat subak dengan konsep Tri Hita Karana, tentu yang sangat relevan adalah persoalan keberadaan pura bedugul  sebagai salah satu unsur ketuhanan dalam sistem subak Gebang Gading Atas yang sulit untuk diubah karena menyangkut masalah niskala. Untuk itu diangkat tiga rumusan masalah (1) bagaimana struktur pura bedugul yang dibedah dengan menggunakan teori religi, (2) apa fungsi pura bedugul yang dibedah dengan menggunakan teori fungsional struktural, dan (3) apa makna teologi pura bedugul yang dibedah dan dianalisis menggunakan teori simbol.              Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yakni data primer yang bersumber dari informan dan data skunder bersumber dari literatur/pustaka. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, kepustakaan, dan dokumentasi. Untuk menganalisis data yang didapat menggunakan metode deskriptif kualitatif.              Struktur pura bedugul menggunakan konsep dwi mandala di mana Dewa utama yang dipuja adalah Dewi Danu yang diwujudkan berupa  palinggih padmasana. Pura bedugul mempunyai fungsi yaitu sebagai fungsi religi, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi kesuburan dan fungsi estetika. Makna teologi Hindu yang terkandung di dalam Pura Bedugul yaitu makna widhi sraddha, makna simbolis bhuana agung, makna sosial, makna ekonomi, dan makna kesuburan. Dengan adanya pengembangan pariwisata di subak Gebang Gading Atas mampu memberi perubahan fungsi pada pura bedugul, namun makna pura bedugul tetap seperti dulu yaitu sebelum ada pengembangan pariwisata di subak Gebang Gading Atas. Kata kunci: Keberadaan, Pura Bedugul, Subak Gebang Gading Atas

Copyrights © 2013






Journal Info

Abbrev

S1TEO

Publisher

Subject

Social Sciences

Description

Memuat jurnal hasil penelitian mahasiswa Strata 1(satu) Program Studi Teologi Hindu Fakultas Brahma Widya IHDN ...