Alat penukar kalor merupakan peralatan yang mampu menukar kalor dari fluida panas ke fluida dingin. Parameter yang paling kritis dalam desain alat penukar kalor adalah overall thermal conductivity. Jika overall thermal conductivity lebih besar, maka unjuk kerja alat penukar kalor menjadi lebih baik, dimana kondisi tersebut dipengaruhi oleh konduktivitas termal pipa dan material sirip. Material yang paling banyak digunakan alat penukar kalor adalah copper, karena konduktivitas termalnya paling besar sekitar 385 W/moC. Akan tetapi untuk kondisi lainnya, copper nickel (CuNi) pipa, Titanium pipa dan pipa stailess steel AISI 304 yang biasanya digunakan untuk fluida bersifatkorosif. Analisis konduktivitas termal pipa menggunakan tiga metode dan perbedaan masukan data, yaitu 1)perhitungan sederhana; pendingin generator dengan udara di PLTA Saguling, 2) Perhitungan Shell and Tube; pendingin minyak pelumas mesin SWD 6TM410RR, 3) Perhitungan Guentner;pendingin air SWD 6TM410RR. Analisis perhitungan sederhana, shel and tube dan Guentner secara berturut-turut menghasilkan: kapasitas kalor fluida panas masing-masing, Qhot= 433 kW, 305 kW and 510 kW; kapasitas pendinginan udara pendingin pada pipa CuNi, Qhe= 433 kW, 460 kW and 603.62kW; kapasitas pendinginan udara pendingin menggunakan pipa AISI 304, Q’he = 432 kW, 454 kW and 594.35 kW; dan kapasitas pendinginan turun sebesar 0,24%, 1,30% and 1,54%. Berdasarkan perhitungan shell and tube dengan Guentner, kapasitas pendinginan udara menggunakan pipa stailesssteel AISI 304 harus dibalik menjadi 20% untuk mengantisipasi konduktivitas termal yg rendah dari pipa stailess steel AISI 304. Sehingga direkomendasikan untuk menambah luas permukaan sentuh kisaran 20%, sehingga kapasitas pendinginan udara yg menggunakan pipa stailess steel AISI 304menjadi 518 kW.
Copyrights © 2015