Pendahuluan : Kejadian Fraktur menjadi masalah kesehatan dunia. Mobilitas transportasi yang semakin tinggi berakibat terjadinya kecelakaan dan menjadi penyumbang terbesar kejadian Fraktur. Keterbatasan aktifitas fisik pada kondisi Fraktur dapat meningkatkan kejadian jatuh pada saat perawatan di Rumah Sakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan tingkat aktifitas fisik terhadap kejadian resiko jatuh pada pasien Fraktur. Metode: Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami Fraktur. Tehnik sampling yang di gunakan adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien Fraktur yang di rawat di RSUD Mardi Waluyo Blitar pada bulan April-Mei 2019 sebanyak 42 responden. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan Uji Korelasi Pearson.Hasil : Hasil Uji Korelasi Pearson diperoleh nilai Significancy p value 0,000, artinya ada hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan resiko jatuh pada pasien Fraktur di RSUD Mardi Waluyo Blitar.Analisis:Semakin tinggi tingkat aktifitas pasien dengan fraktur melakukan tindakan atau aktifitas fisik, semakin tinggi resiko jatuh yang akan di alami pasien tersebut. Fraktur menyebabkan penurunan kemampuan aktifitas atau rentang pergerakan. Aktifitas fisik merupakan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi.Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktifitas fisik yang sedang berhubungan dengan kejadian resiko jatuh yang rendah dengan analisis keeratan hubungan kedua variable tersebut lemah. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan seorang perawat dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami resiko jatuh dengan memberikan tanda (gelang kuning) dan memberikan alat bantu pengaman bagi pasien yang beresiko tinggi sebagai bentuk manajement pasien safety.
Copyrights © 2019