Keamanan perjalanan kereta api adalah salah satu komponen penting dalam transportasi kereta api. Keandalan infrastruktur kereta api adalah salah satu poin untuk mendukung keselamatan operasi kereta api. Lintas Bandung - Cikampek adalah persilangan yang memiliki kontur geografis yang bervariasi di mana jalan rel kanan - kiri terdapat bukit dan lereng sehingga area antara Stasiun Purwakarta - Stasiun Ciganea termasuk daerah rawan longsor. Seperti yang terjadi di lapangan ada longsoran di KM 107 + 100 - KM 107 + 300 yang menyebabkan gangguan perjalanan kereta api. Selain itu, penanganan tanah longsor yang kurang tepat akan menyebabkan potensi bahaya lainnya. Penanganan kemiringan tanah longsor di KM 107 + 100 - KM 107 + 300 menggunakan plester baja dari rel bekas karena longsoran dianggap kurang optimal dan mencari alternatif penanganan longsor lainnya. mencari perbandingan dibandingkan menggunakan metode shotcret. Dalam penelitian ini, kami menguji penangan longsor yang telah dilakukan dengan membandingkan penanganan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ada antara metode plester baja dari rel yang digunakan dengan metode shotcrete. Penyebab terjadinya longsor karena sudut curam dari 65? dengan ketinggian puncak 15 meter. Imbasnya pada silang diterapkan taspat 5 km / jam untuk mengantisipasi terjadinya longsor mendadak. Dari hasil analisis, ditemukan bahwa metode shotcrete dianggap mampu menangani daerah rawan longsor di KM 107 + 100 - KM 107 + 300. Namun untuk penanganan yang telah dilakukan dengan menggunakan plester baja dari rel bekas. Namun, penanganan ini dianggap tidak optimal karena terbatasnya jumlah rel di sekitar daerah rawan, mengakibatkan dinding plester masih bisa membuat material keluar ke jalan rel.
Copyrights © 2018