Kajian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma dramaturgi Erving Goffman dan etnik situasional Fredrik Barth dan tidak terlepas dari dukungan teori meskipun peneliti kualitatif beranggapan bahwa mereka justru harus membebaskan dirinya dari “tawanan suatu teori”. Analisis dilaksanakan sepanjang penelitian berlangsung, data dikategorikan dan diklasifikasikan sesuai dengan tema dan model. Untuk menjaga keabsahan data yang diperoleh, peneliti melakukan konfirmasi dengan mendatangi kembali informan setelah hasil wawancara sebelumnya diklasifikasi berdasarkan fokus penelitian. Kesimpulan penelitian bahwa prinsipnya para anggota DPRD Kota Medan periode 2009-2014 dari etnik Tionghoa memiliki motivasi yang sama dalam mencalonkan diri, yakni untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan etnik Tionghoa. Bentuk komunikasi politik yang umum dipergunakan oleh para anggota DPRD Kota Medan periode 2009-2014 adalah dialog, tatap muka dan kunjungan. Dalam menerapkan strategi dramaturgi dalam pengelolaan panggung, terdapat beragam atribut dan simbol simbol yang menjadi pembeda untuk mengidentifikasi identitas etnis Tionghoa sebagai anggota DPRD Kota Medan.
Copyrights © 2019