Abstrak: Isu mengenai pemanasan global dan perubahan iklim telah memicu penelitian strategis untuk mengatasi emisi gas rumah kaca (GRK), salah satunya adalah CO2. Salah satu kegiatan yang juga mempengaruhi kenaikan CO2 di atmosfer adalah kegiatan pertanian. Penggunaan kompos pada tanah akan menambah aktivitas mikroba karena kompos menyediakan materi organik yang dapat didegradasi oleh mikroba. Salah satu hasil dari dekomposisi karbon organik adalah CO2. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur besarnya emisi CO2 dari aplikasi kompos pada tanah sebagai bidang tanam selada (Lactuca sativa) serta pengaruh aplikasi kompos terhadap perubahan karbon organik tanah. Pengukuran dilakukan pada area seluas 2,5 x 0,75 m dengan 2 variasi kompos yang berbeda, yaitu kompos cacing dan kompos daun dengan dosis yang diberikan adalah 5 kg/m2 dan 8,5 kg/m2. Untuk setiap area dilakukan pengukuran emisi CO2 di 4 titik dimana hasilnya kemudian dimodelkan dengan metode block kriging dan pengukuran karbon organik tanah. Untuk aplikasi kompos cacing dengan dosis 5 kg/m2, CO2 yang diemisikan adalah 0,53 mgCO2/m2/jam, kompos cacing 8,5 kg/m2 CO2 yang diemisikan adalah 0,59 mgCO2/m2/jam, kompos daun 5 kg/m2, CO2 yang diemisikan adalah 0,59 mgCO2/m2/jam, dan untuk kompos daun 8,5 kg/m2, CO2 yang diemisikan adalah 0,7 mgCO2/m2/jam. Semakin banyak dosis kompos yang digunakan semakin tinggi konsentrasi CO2 yang diemisikan. Setelah aplikasi kompos pada tanah, karbon organik tanah mengalami peningkatan. Kandungan karbon organik tanah dengan aplikasi kompos sebanyak 8,5 kg/m2 lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi kompos dengan dosis 5 kg/m2. Dapat disimpulkan bahwa penambahan kompos pada tanah mempengaruhi kandungan karbon organik tanah dan peningkatan karbon organik tanah tersebut juga dipengaruhi dengan dosis kompos yang digunakan.
Copyrights © 2012