Sembiring, Emenda
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Published : 29 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

DINAMIKA JUMLAH SAMPAH YANG DIHASILKAN DI KOTA BANDUNG Zulfinar, Zulfinar; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.587 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.3

Abstract

Abstrak: Umumnya permasalahan yang dialami oleh kota-kota menengah dan besar di Indonesia adalah masalah persampahan. Banyak faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan sampah, seperti pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, standar hidup yang tinggi, perilaku masyarakat dan sektor informal. Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah timbulan sampah. Oleh karenanya perlu mengetahui seberapa dinamis jumlah timbulan sampah sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk di Kota Bandung. Metode pendekatan sistem dinamik dengan menggunakan simulasi, didapat proyeksi sampah yang dihasilkan Kota Bandung dengan menerapkan berbagai skenario hingga tahun 2034. Timbulan sampah selama masa simulasi memiliki perubahan-perubahan yang cukup dinamis dengan parameter sensitivitas berupa parameter timbulan sampah perkapita. Kata Kunci: sampah, sistem dinamis, simulasi, sensitivitas Abstract: Generally, the problems experienced by the cities of medium and large companies in Indonesia is the problem of waste. Many factors led to increased amount of waste, such as population growth, economic growth, higher living standards, social behavior and informal sector. Bandung is one of the cities that have the factors that led to the increasing amount of waste. Therefore, need to know how dynamic the amount of waste in accordance with the development and population growth in the city of Bandung. Dynamical systems approach using simulations obtained projection Bandung waste generated by applying various scenarios until the year 2034. Waste generation during simulation has changes quite dynamic parameters such as parameter sensitivity of waste generation per capita. Keywords: garbage, dynamic systems, simulation, sensitivity
EVALUASI KINERJA DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM BANK SAMPAH SEBAGAI SALAH SATU PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN KONSEP 3R Triana, Anisa Putri; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 25, No 1 (2019)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Saat ini Pemerintah Kota Cimahi telah membangun sarana pengolahan termasuk pengolahan sampah anorganik berupa unit ? unit bank sampah yang tersebar di seluruh Kota Cimahi sebagai penerapan pengelolaan sampah yang mengacu pada Undang-Undang no 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, namun saat ini masih terdapat unit bank sampah yang tidak berfungsi. Melihat kondisi itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap kinerja program bank sampah tersebut sehingga dapat berjalan secara berkelanjutan dan efektif dalam mengurangi sampah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengukuran langsung, kuesioner, wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap nasabah dan pengelola unit bank sampah serta stakeholder juga pihak terkait. Lokasi studi terdiri dari unit bank sampah yang masih berfungsi dan tidak berfungsi dengan empat jenis kategori yaitu kategori sekolah, pemukiman, kantor dan fasilitas umum. Faktor yang mempengaruhi keberlanjutan program unit bank sampah di seluruh kategori yaitu variabel standar operasional prosedur unit bank sampah. Hasil analisis kelayakan ekonomi skenario 1 dan 2 didapatkan nilai untuk seluruh kategori yaitu BCR > 1 (layak) kecuali untuk kategori fasilitas umum yaitu puskesmas padasuka dengan nilai BCR<1 (tidak layak). Hasil analisis SWOT didapatkan posisi program unit bank sampah berada pada kuadran I yang merupakan posisi yang menguntungkan namun masih diperlukan beberapa perbaikan dalam pengembangam program di masa yang akan datang untuk keberlanjutan program serta peningkatan kinerja unit bank sampah ke depan. Kata kunci: unit bank sampah, berkelanjutan, regresi logistik, faktor yang mempengaruhi program, BCR, SWOT Abstract: At present the City Government of Cimahi has built processing facilities including processing inorganic waste in the form of recycle bank units spread throughout Cimahi as an application of waste management that refers to Law No. 18 of 2008 concerning waste management, but currently there are still bank units garbage that doesn't work. Seeing this condition, it is necessary to study the performance of the waste bank program so that it can run sustainably and effectively in reducing waste. . Data collection is done by direct measurement methods, questionnaires, interviews and observations made to customers and managers of waste bank units as well as stakeholders and related parties. The study location consists of a waste bank unit that is still functioning and does not function with four types of categories, namely categories of schools, settlements, offices and public facilities. Factors that influence the sustainability of the waste bank unit program in all categories, namely the operational standard variables of the waste bank unit procedure. The results of the economic feasibility analysis of scenarios 1 and 2 obtained values for all categories, namely BCR> 1 (feasible) except for the category of public facilities, namely puskesmas padasuka with a BCR value <1 (not feasible). The SWOT analysis results found that the position of the waste bank unit program is in quadrant I which is a favorable position, but still needs some improvement in future program development for the sustainability of the program as well as improving the performance of the waste bank unit going forward. Keywords: recycle bank units, sustainable, logistic regression, factors that affect the program, BCR, SWOT 
EVALUASI KEBERLAJUTAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN DI KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER PROPINSI JAWA TIMUR Krisdhianto, Andhi; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1115.052 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.3

Abstract

Abstrak: Pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah perdesaan biasanya dilakukan secara individu dan secara komunal, perpipaan air bersih adalah salahsatu cara memennuhi kebutuhan air secara komunal. Perpipaan air bersih perdesaan dikelola oleh masyarakat dengan membentuk kelompok pengelola, di Kecamatan Ledokombo terdapat 42 sistem perpipaan air bersih, 24 sistem diantaranya dapat berjalan dengan baik namun 18 sistem dalam keadaan tidak baik. Oleh karena itu perlu dikaji faktor apa yang mempengaruhi sistem penyediaan air bersih perdesaan di Kecamatan Ledokombo dan strategi apa yang perlu dibangun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini Confirmatory faktor Analisis (CFA) untuk mengkonfirmasi faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sedangkan analisis SWOT dan Matrik IE digunakan untuk menyusun strategi. Berdasarkan hasil analisis, faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih perdesaan di Kecamatan Ledokombo adalah peranserta masyarakat, teknis, pembiayaan dan lembaga. Sementara faktor lingkungan tidak signifikan mengukur keberlanjutan penyediaan air bersih perdesaan di Kecamatan Ledokombo karena nilai komponen matriknya < 0,50. Nilai total Rating Score IFAS 2,43 pada Matrik IE sebagai sumbu X dan nilai total Rating Score EFAS 2,67 pada Matrik IE sebagai sumbu Y, maka sistem penyediaan air bersih perdesaan di Kecamatan Ledokombo masuk dalam wilayah Mandiri dan Membangun. Strategi yang dapat dibangun diantaranya adalah perbaikan infrastruktur, pelatihan bagi pengelola, pembentukan badan pengawas, meningkatkan peranserta masyarakat, penambahan sambungan rumah dan memaksimalkan penagihan iuran air bersih. Kata kunci: keberlanjutan, penyediaan air bersih, air bersih, perdesaan Abstract: Fulfillment the needs of clean water in rural areas is usually performed individually and communally, piping clean water is one way of meeting water needs communally. Management of clean water piped rural communities by forming a management group, in Subdistrict Ledokombo there are 42 water piping system, 24 of which system to run well but 18 system is in bad condition. Therefore, it is necessary to study what factors influence rural water supply system in the Subdistrict Ledokombo and what strategies need to be built. The analytical method used in this study Confirmatory factor analysis (CFA) to confirm the factors affecting the sustainability while SWOT analysis and IE Matrix is used to strategize. Based on the analysis, factors affecting the sustainability of rural water supply systems in Subdistrict Ledokombo is community participation, technical, financing and institutions. While environmental factors are not significant to measure the sustainability of rural water supply in the Subdistrict Ledokombo because component matrix values <0.50. The IFAS rating score of 2.43 on a matrix IE as the X-axis and the EFAS rating score of 2.67 on a Matrix IE as the Y-axis, the rural water supply systems in Subdistrict Ledokombo included in the Self and Build. The strategy can be built include infrastructure improvements, training for managers, the establishment of supervisory board, increase community participation, increase in house connections and billing maximize clean water fee. Keywords: sustainability, water supply, clean water, rural
PEMILIHAN ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEPENDENCE AND DRIVING POWER (DDPA) DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS: KOTA DEPOK) Adzillah, Wilma Nurrul; Sembiring, Emenda; Handajani, Marisa
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 2 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.408 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.2.9

Abstract

Abstrak: Minimnya fasilitas sanitasi pada sebagian besar masyarakat di Kota Depok, menyebabkan pemerintah setempat berencana untuk membangun sistem pengolahan limbah cair domestik. Penelitian ini bermaksud untuk memberi masukan kepada pemerintah setempat mengenai sistem terbaik yang dapat diimplementasikan di Kota Depok, dengan mempertimbangkan beberapa kriteria dan sub kriteria yang saling berkaitan. Alternatif sistem yang akan dipilih pada penelitian ini adalah komunal dan kawasan. Metode Dependence-Driving Power Analysis (DDPA) digunakan untuk menjelaskan ketergantungan antar sub kriteria yang dikategorikan ke dalam klaster empat kuadran. Sedangkan metode multikriteria Analytic Network Process (ANP) digunakan untuk membantu membuat keputusan berdasarkan kriteria dan sub kriteria pendukung. Melalui kuesioner berpasangan (pairwise comparison) dapat diketahui hubungan inner dependence (keterkaitan dalam satu kriteria) dan hubungan outer dependence (keterkaitan antar kriteria). Hasil analisis awal dengan metode Dependence and Driving Power menunjukkan bahwa kriteria maupun sub kriteria teknis dianggap tidak terlalu penting. Responden lebih menitikberatkan pada masalah ekonomi, sosial, lingkungan, dan kelembagaan. Berdasarkan hasil analisis dengan metode ANP, kriteria yang dianggap paling penting adalah kriteria lingkungan, dengan mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan terhadap udara dan air. Alternatif pengolahan limbah cair domestik yang sesuai untuk Kota Depok berdasarkan sistesis prioritas alternatif adalah sistem kawasan dengan bobot 0,71 dari 1. Kata kunci: Sistem Komunal, Sistem Kawasan, Kriteria, Dependence-Driving Power Analysis, Analytic Network Process Abstract: The local government plans to build a domestic Waste Water Treatment System, because lack of sanitation facility in most of Depok areas. This study intends to suggest local government about the best alternative system to be implemented in Depok by considering some interrelated criteria and sub-criteria. The alternative systems to be selected in this research are communal and cluster. The Dependence-Driving Power Analysis method was used to describe the strength of dependence between sub-criteria that are categorized in four clusters. Whereas the Analytic Network Process (ANP) method was used to make decisions based on criteria and sub-criteria. Through pair questionnaire (pairwise comparison), the inner dependence relations and outer dependence relations could be known. First analysis by Dependence and Driving Power indicates that the technical criteria deemed to be insignificantly of importance. The respondents were more focused on economic, social environmental and institutional issues. According to the analysis result by the ANP method, the environmental aspect is considered as the most important criterion, as it considers the negative impact to air and water. Based on the analysis of synthesis priority alternative, the most significant wastewater system suitable for Depok is cluster system with score of 0.71 out of 1. Keywords: Communal System, Cluster System, Criteria, Dependence-Driving Power Analysis, Analytic Network Process
KAJIAN PENCEMARAN AIR TANAH DANGKAL AKIBAT LINDI DI SEKITAR TPA SUPIT URANG MALANG Fitri, Listari Husna; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.929 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.1.5

Abstract

 Abstrak: Lindi merupakan salah satu masalah yang diakibatkan pengurugan sampah ke TPA. Lindi adalah limbah cair dari dekomposisi sampah di TPA yang dapat merembes ke dalam tanah sehingga dapat mencemari air tanah dangkal dan memberikan dampak bagi masyarakat yang menggunakan air tersebut. Penelitian ini dilakukan di TPA Supit Urang dan RW 5 Kelurahan Mulyorejo, Malang dengan tujuan untuk mengidentifikasi parameter klorida dan COD yang terkandung di dalam lindi dan air sumur penduduk serta untuk menguji model Domenico dan Robbins (1985) dan Domenico (1987) dalam memprediksi penyebaran kontaminan di dalam air tanah di Kelurahan Mulyorejo. Dengan menggunakan model Domenico dan Robbins (1985) dan Domenico (1987) yang dikembangkan menggunakan MATLAB, konsentrasi prediksi model didapatkan. Dari analisis yang dilakukan, konsentrasi BOD (405,003 mg/L), COD (782 mg/L) dan TKN (391,51 mg/L) pada lindi sudah melebihi baku mutu yang berlaku. Nilai COD yang terukur pada air tanah dari sumur warga dan sumur pantau juga sudah melebihi baku mutu yang berlaku, sedang konsentrasi klorida di dalam air tanah masih berada pada baku mutu yang berlaku. Simulasi model 1 dan 2 dimensi klorida memberikan hasil bahwa model kurang bisa memprediksi persebaran kontaminan sedangkan model 1 dan 2 dimensi COD memberikan hasil bahwa model dapat memprediksi persebaran kontaminan di daerah RW 5 Mulyorejo. Kata kunci: TPA Supit Urang, lindi, air tanah, domenico, robbins Abstract: Leachate is one of the problems caused by waste dumping to landfill. Leachate as liquid from decomposition of waste in landfill will infiltrate to soil so it can contaminate ground water and will make an impact for people who use the ground water. This study was conducted at Supit Urang Landfill and RW 5 Kelurahan Mulyorejo, Malang, with aim to identify the chloride and COD contained in leachate and groundwater and to test Domenico and Robbins (1985) and Domenico (1987) model in predicting contaminant spreading in groundwater. Using Domenico and Robbins (1985) and Domenico (1987) models were developed using MATLAB, concentration of model predictions was obtained. From the analysis, BOD concentrations (405,003 mg/L), COD (782 mg/L) and TKN (391,51 mg/L) in leachate have exceeded the standard. The COD concentration in groundwater from wells and monitoring wells have also exceeded the quality standards, while the concentration of chloride in groundwater is still in the quality standard. 1 and 2 dimensional chloride and COD models simulations give results that models can not predict the spread of contaminant in RW 5 Mulyorejo. Keywords: Supit Urang Landfill, leachate, ground water, domenico, robbins
PEMILIHAN PROGRAM PENGENDALIAN KEHILANGAN AIR SERTA PENGARUH IMPLEMENTASINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PDAM el-Ahmady, Imanullah Imsawan; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2446.25 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.2.5

Abstract

Abstrak: Tingkat air tak berekening (NRW) di Indonesia yang rata-rata sebesar 37% menunjukkan bahwa PDAM telah kehilangan 37% potensi pendapatan sehingga dapat menyebabkan buruknya kondisi keuangan dan pelayanan PDAM. NRW terdiri dari komponen kehilangan air dan konsumsi resmi tak berekening, di  mana  komponen  kehilangan air  lebih  mungkin  untuk  diintervensi untuk  diturunkan. Perlunya pengendalian kehilangan air disamping merupakan bentuk kepekaan terhadap menurunnya kuantitas air secara global, juga dapat memantapkan kinerja keuangan PDAM, mendukung peningkatan cakupan pelayanan, menunda investasi pembangunan sistem baru, penguatan manajemen dan SDM, serta peningkatan fokus  pelayanan pada  pelanggan dengan  menerapkan  prinsip  kepengusahaan. Dengan didasari keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh PDAM, maka perlu dipilih alternatif program yang dinilai paling efektif dan efisien dalam menurunkan tingkat kehilangan air dengan mempertimbangkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek teknis operasional dan aspek SDM. Pemilihan alternatif program dilakukan dengan metode AHP, kemudian alternatif program yang terpilih disimulasikan dalam tiga skenario untuk mengetahui tingkat profitabilitasnya dengan  menggunakan metode  analisis finansial Skenario tersebut adalah penurunan hingga 20%, penurunan tingkat lanjut dan  penurunan hingga mendekati 0%. Seluruh skenario tersebut juga mensimulasikan pengendalian kehilangan air komersil, fisik dan kombinasi keduanya. Dari seluruh simulasi tersebut kemudian diberikan skor berdasarkan kriteria dalam analisis finansial sehingga diperoleh peringkat skenario program yang dipilih. Hasil dari AHP menunjukkan bahwa upaya pengendalian kehilangan air komersil lebih dipilih untuk menjadi prioritas karena dari empat program yang barada pada posisi teratas, tiga di antaranya adalah program pengendalian air komersil. Sedangkan dari analisis finansial dan pemeringkatan, program pengendalian kehilangan air komersil hingga 20% berada di urutan kedua setelah skenario kombinasi hingga 20%. Perbedaan hasil ini dikarenakan dalam AHP tidak ada skenario kombinasi. Sehingga secara umum kenario pengendalian kehilangan air komersil masih unggul dibandingkan skenario fisik. Dari hasil penelitian ini, disarankan bahwa  sebagai  langkah  awal  PDAM  setidaknya  harus  memiliki  program  pengendalian kehilangan air komersil.Kata kunci: PDAM, kehilangan air, AHP, analisis finansial, ranking Abstract : The average of Non-Revenue Water (NRW) in Indonesia is about 37% which means that PDAM has lost 37% of its potential revenues causing less efficiency in PDAM?s service and financial health. NRW consists of water loss and unbilled authorized consumption, where the water loss component is more possible to be intervened and reduced. In addition to the water quantity degradation as one global issue, control of water loss is also important to improve the financial performance of PDAM, develop the coverage of service area, delay the investment of new system development, strengthen the management and human resources, and also increase the focus on consumer?s service according to the principles of entrepreneurship. Based on the limitation of PDAM?s resources, selection of the most effective and efficient program to decrease the water losses by considering the financial, service, technical and human resources aspects is needed. The selection of program is prioritized by AHP method, then the selected programs are simulated in three scenarios to define its profitability rate using financial analysis. The scenarios are the decreasing rate up to 20%, the advanced decreasing rate and the decreasing rate until close to 0%. All scenarios also simulate three conditions of water loss control; the first is about commercial water loss, the second is physical and the last one is the combination of both. From the entire simulations, then scores are given based on financial analysis criterias to obtain ranks of the scenarios. Based on AHP result, it is known that from the four high-prioritized programs, three of them are about commercial water loss control. From the financial analysis and ranking result, commercial water loss control up to 20% scenario is at the second rank after the combination of up to 20% scenario. This different result is because there is no combination scenario in the AHP. Generally, the commercial water loss control scenario is still superior than the physical. From this research it is recommended that as the first step PDAM at least must have a commercial water loss control program. Key words: PDAM, water loss, AHP, financial analysis, ranking
LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA) PRODUK SEMEN PORTLAND KOMPOSIT (STUDI KASUS: PT X) Devia, Della; Lestari, Puji; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.993 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.1

Abstract

Abstrak: Industri semen dihadapkan pada tantangan dalam mengurangi konsumsi sumber daya alam dan energi, untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. PT X adalah salah satu industri semen di Indonesia yang memiliki produk semen portland komposit yang dianggap lebih ramah lingkungan karena memiliki kandungan klinker yang lebih sedikit dibandingkan dengan semen portland biasa. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tahapan daur hidup produk yang menghasilkan dampak yang signifikan dan menentukan skenario alternatif perbaikan yang dapat menimbulkan potensi dampak paling minimum pada daur hidup produk semen portland komposit. Metode yang dipakai adalah Life Cycle Assessment (LCA) yang terdiri dari (1) Penentuan tujuan dan lingkup, (2) Analisis inventori, (3) Penilaian dampak dan (4) Interpretasi hasil. Lingkup kajian LCA yang akan dilakukan bersifat ?cradle-to-gate? meliputi tahapan proses ekstraksi bahan baku, proses produksi hingga distribusi semen portland komposit. Potensi dampak lingkungan dari semen portland komposit menggunakan metode ReCiPe 2016 adalah pemanasan global (GWP) sebesar 768,43 kgCO2eq, asidifikasi (AP) sebesar 0,75 kg SO2eq, pembentukan partikulat (PMFP) sebesar 0,26 kgPM2,5eq, pembentukan ozon fotokimia (POFP) sebesar 2,31 kgNOxeq dan toksisitas pada manusia penyebab kanker sebesar 5,11E-03 kg 1,4DCBeq. Potensi dampak terbesar adalah GWP yang memiliki nilai normalisasi terbesar diantara potensi dampak lain, yaitu 1,51E-11 secara total. Kontribusi dampak terbesar ada pada tahapan proses produksi sebesar 88,84% yang disebabkan karena emisi CO2 sebesar 98,63%. Skenario yang direkomendasikan untuk mereduksi potensi dampak GWP adalah teknologi penangkapan karbon yang dapat mereduksi dampak sebesar 57%. Kata kunci: semen portland komposit, life cycle assessment, LCA, cradle-to-gate Abstract : Cement industry facing the challenge in reducing resource material consumption and energy through sustainable development. PT X is one of the cement industry in Indonesia which produced portland composite cement which is considered more environmentally friendly because it contains less clinker than ordinary portland cement. Purpose of this study is to identify the product life cycle stages that have a significant impact and define alternative improvement scenarios which have the least potential impact on the life cycle of portland composite cement. The method used is Life Cycle Assessment (LCA) which consists of (1) goal and scope definition, (2) inventory analysis, (3) impact assessment, and (4) interpretation. Scope of LCA is cradle-to-gate from material extraction, production process and cement distribution. The potential impact from portland cement composite are global warming potential (GWP) about 768.43 kgCO2eq, acidification potential (AP) about 0,75 kgSO2eq, particulate matter formation potential (PMFP) about 0.26 kgPM2,5eq, photochemical ozone formation potential (POFP) about 2,31 kg NOxeq and human toxicity with cancer (HTPc) about 5,11E-03 kg 1,4DCBeq. The biggest potential impact is GWP which has the greatest normalization value among others, about 1.51E-11 in total. The largest contribution is in the production process stage about 88.84%, which caused by CO2 emissions about 98.63%. The recommended scenario for reducing the potential impact of GWP is carbon capture technology with a reduction of 57%. Key words: portland composite cement, life cycle assessment, LCA, cradle-to-gate
EVALUASI EFLUEN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK KOMUNAL UNTUK KEMUNGKINAN PEMAKAIAN SEBAGAI AIR DAUR ULANG Kusumawati, Fanny; Sembiring, Emenda; Handajani, Marisa
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 24, No 2 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Terdapat tiga tujuan utama pemanfaatan air daur ulang yang dapat dipraktekkan pada tujuh objek studi IPAL komunal, yaitu untuk pertanian, perikanan, dan kebutuhan umum yang meliputi air pencucian kendaraan, penyiraman taman, air flushing toilet, dan suplai air pemadam kebakaran. Evaluasi terhadap performa dan kualitas efluen dari IPAL Cimanggung, Wangisagara, Bogor, Karawang, Cingised, Muara Baru,  dan  Pulo  Gebang  perlu  dilakukan  untuk  mengetahui  kelayakan  sebagai  sumber  air  daur  ulang. Indonesia belum memiliki regulasi yang mengatur praktik air daur ulang, maka perlu disusun baku mutu air daur ulang yang akan digunakan sebagai acuan dalam mengevaluasi IPAL komunal. Proses penyusunan dilakukan dengan analisa konten terhadap standar internasional, baku mutu air daur ulang negara lain, dan NSPM penggunaan air bersih dan pengolahan air limbah yang berlaku di Indonesia sehingga tersusun longlist parameter.  Lalu  pembuatan  kuesioner  untuk  memperoleh  shortlist  parameter,  yang  hasilnya  divalidasi melalui FGD dengan mengundang pakar air daur ulang dari ITB, LIPI, Dinas KLH, Kementerian Pertanian, Diskimrum, dan Kementerian Pekerjaan Umum, hingga menghasilkan draft Acuan Baku Mutu Air Daur Ulang. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa kualitas efluen IPAL Cingised dan Pulo Gebang sudah memenuhi acuan baku mutu air daur ulang hasil analisis dan dapat digunakan untuk tujuan pemanfaatan pertanian, perikanan dan kebutuhan umum. IPAL komunal lainnya perlu pengembangan terhadap sistemnya dengan pilihan rekomendasi teknologi yang  diusulkan  dari hasil analisis  menggunakan  metode  Simple Additive Weighting: IPAL Cimanggung (1.Filtrasi), IPAL Wangisagara (1.Filtrasi, 2.Koagulasi flokulasi, 3.Adsorpsi,4.RO), IPAL Bogor (1.Koagulasi flokulasi, 2.Adsorpsi, 3.RO), IPAL Karawang (1.Koagulasi flokulasi, 2. Adsorpsi, 3.RO), IPAL Muara Baru (1.Koagulasi flokulasi, 2.Adsorpsi, 3.RO). Kata kunci: baku mutu, daur ulang, limbah domestik, IPAL komunal, pemilihan teknologi Abstract: There are three main objectives for the use of reclaimed water which can be practiced on seven objects of communal WWTP studies, namely for agriculture, fisheries, and general use which include vehicle washing water, garden watering, toilet water wetting, and firefighting water supply. The performance and quality  evaluation  of  Cimanggung,  Wangisagara,  Bogor,  Karawang,  Cingised,  Muara  Baru,  and  Pulo Gebang WWTP were conducted to determine the feasibility of being a reclaimed water source. Indonesia has no regulations on reclamation water, it is necessary to establish reclamation water quality standards that will be used as a reference in evaluating communal WWTPs. The design process is carried out by analyzing content against international standards, reclamation water quality standards in other countries, and NSPM using clean water and wastewater treatment in Indonesia so that a longlist of parameters is compiled. Then the questionnaire was made to get a shortlist of parameters, the results were then validated through the FGD by inviting wastewater experts from ITB, LIPI, Ministry of Environment, Ministry of Agriculture, Diskimrum, and Ministry of Public Works, to produce Reference of  Reclaimed Water Standard Quality. Evaluation results indicate that the effluent quality of the Cingised WWTP and Pulo Gebang meets the Reference of Reclaimed  Water Standard  Quality and  can  be  used  for agriculture,  fisheries and  general  use.  Other communal WWTPs require the development on its system with technology recommendations from result analysis using the Simple Additive Additive method: IPAL Cimanggung (1. Filtration), IPAL Wangisagara (1. Filtration, 2. Coagulation-flocculation, 3. Adsorption, 4.RO), Bogor IPAL ( 1. Coagulation-flocculation,2. Adsorption, 3.RO), Karawang Karawang (1. Coagulation-flocculation, 2. Adsorption, 3.RO), New WWTP Estuary (1. Coagulation-flocculation, 2. Adsorption, 3. RO). Keywords: communal WWTP, domestic wastewater, quality standard, reclaimed water, technology selection
KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TAHU MENJADI KOMPOS DI INDUSTRI TAHU X DI KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Yulianis Pertiwi, Icha; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 1 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.064 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.1.7

Abstract

Abstrak: Limbah yang ditimbulkan dari industri tahu, 70%  limbah padat berupa ampas tahu. Dalam penelitian ini dilakukan kajian tentang pemanfaatan limbah ampas tahu mejadi kompos. Metode yang digunakan dalam  proses pengomposan adalah metode takakura secara aerob. Bahan baku yang dipakai adalah limbah ampas tahu dengan campuran daun kering. Pada penelitian ini dibuat tiga variasi antara limbah ampas tahu dengan daun kering yaitu : satu banding empat, satu banding tiga, dan satu banding dua dengan jumlah limbah ampas tahu lebih banyak.Proses pengomposan berlangsung selama 40 hari. Untuk memantau proses pengomposan yang berlangsung, dilakukan monitoring harian terhadap beberapa parameter yaitu : temperatur, PH, dan kadar air. Selain monitoring harian diperlukan juga analisis laboratorium terhadap beberapa parameter yaitu : kadar abu dan kadar volatil. Analisis laboratorium dilakukan setiap tiga hari sekali selama pengomposan berlangsung.Hasil penelitian pengomposan pada kompos jadi menunjukkan bahwa pada ketiga variasi telah sesuai dengan standar ,berdasarkan parameter  yaitu : PH, kadar air, kadar abu, dan kadar volatil. Sedangkan untuk parameter temperatur, ketiga variasi tidak memenuhi teori pengomposan selama proses berlangsung. Hal ini disebabkan karena temperatur tertinggi yang dicapai kurang dari temperatur optimum yaitu 550C.  Untuk variasi satu banding empat adalah 350C dan 340C untuk variasi satu banding tiga dan satu banding dua.Kata kunci: ampas tahu,  pengomposan, dan Takakura. Abstract : An Industry, such as tofu industrygenerates solid waste, and 70% of the solid waste is tofu pulp. This study focuses on the utilization of waste pulp into compost. The method used in the composting process is the Takakura method with aerob process. The raw material used is tofu pulp waste with a mixture of dry leaves. In this study created three variations of the tofu pulp waste with dry leaves, namely: 1:4, 1:3, and 1:2  with the amount of tofu pulpis higher than the leaves.The composting process took 40 days. To monitor the composting process is underway, conducted daily monitoring of several parameters are: temperature, pH, and water content. In addition to daily monitoring, laboratory analysis is required also to some of the parameters :ash content and volatile content. Laboratory analysis done every three days during the composting takes place.The results showed that the mature compost in all three variations are in accordance with the standards and quality that exist, based on the parameters are: pH, water content, ash content, and volatile content.for the parameters of temperature, the three variations do not meet quality standard. This is because the highest temperature for all variations reach below the optimum standard which is 550C. For 1:4 the highest temperature is 350C, and for others, 1:3 dan 1:2 are 340C.  Key words: composting, pulp of tofu, and Takakura
VALUASI EKONOMI DAN UPAYA PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI Muntalif, Barti setiani; Hasian, Olva; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.632 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.9

Abstract

Abstrak: Kecamatan Muara Gembong merupakan salah satu daerah di Indonesia yang telah mengalami degradasi mangrove di wilayah pesisirnya akibat perubahan lahan. Perubahan lahan terbesar digunakan untuk membuka lahan tambak ikan untuk kegiatan budidaya. Dampak ekologi yang timbul akibat rusaknya ekosistem hutan mangrove  di wilayah Muara Gembong saat ini adalah abrasi. Melihat permasalahan yang terjadi, analisis terhadap aspek ekologis dan ekonomi yang saling berkaitan perlu dilakukan agar sumberdaya pesisir yang ada dapat digunakan secara lebih optimal dan efisien serta berkelanjutan. Analisis valuasi ekonomi dilakukan dengan perhitungan Total Economic Value (TEV) yang terdiri dari perhitungan nilai pemanfaatan (Use Value) dan nilai non-pemanfaatan (Non-Use Value). Dengan total luasan mangrove seluas 103,75 hektar, manfaat yang dapat diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah sebesar Rp. 23.690.709.886,-. Enam skenario pemanfaatan lahan hutan mangrove disiapkan. Untuk melihat skenario mana yang layak untuk dijadikan acuan dalam rencana pengembangan daerah, maka dilakukan perhitungan analisis kelayakan usaha. Dari analisa tersebut terlihat bahwa skenario 4 (80% hutan mangrove dan 20% tambak ikan) merupakan skenario paling layak, dimana nilai NPV yang didapatkan selama 10 tahun memiliki nilai tertinggi sebesar Rp. 4.100.769.095.248,-  dan benefit-cost rasio (BCR) yang dihasilkan adalah 4,84 yang berarti apabila nilai BCR > 1 maka usaha dinyatakan layak untuk diterapkan.