Abstract; Since 1994 the government has implemented the nine-year learning obligation
saying that those aging from 7 to 15 are
obliged to follow primary education and that parents are to provide it. However
there are still still problems of drop outs. This descriptive research has
families having school aged dropouts as the population, the sample of which
comprises 100. The obtained data are analysed using percentage and cross-table
analysis.The findings concerning the small number of dropouts are related to 1)
better economic condition; 2) parentspositive perception toward education; 3)
well-educated parents; 4) small number of children in the family and 5)
distance between schools and houses.
Abstrak; Sejak tahun 1994 pemerintah telah mencanangkan program
wajib belajar sembilan tahun, bahwa setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar dan orang tua
berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya. Namun demikian hingga
sekarang masih banyak anak putus sekolah pada usia wajib belajar. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif, dengan populasi seluruh kepala keluarga yang
memiliki anak putus sekolah usia wajib belajar, adapun sampel penelitian adalah
100 kepala keluarga. Teknik analisis data adalah kuantitatif sederhana yaitu
menggunakan persentase dan analisis tabel silang. Kesimpulan: (1) Semakin
tinggi keadaan ekonomi keluarga maka semakin rendah jumlah anak yang putus
sekolah. (2) Semakin positif persepsi orang tua terhadap pendidikan, maka akan
semakin sedikit jumlah anak yang putus sekolah. (3) Semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua terhadap pendidikan, maka akan semakin rendah jumlah anak
yang putus sekolah. (4) Semakin sedikit jumlah anak dalam keluarga, maka akan
semakin sedikit jumlah anak yang putus sekolah. (5) Semakin dekat jarak tempat
tinggal anak ke sekolah, maka akan semakin rendah jumlah anak yang putus
sekolah.
Copyrights © 2012