Abstrak
Seni lukis yang memanfaatkan media daun lontar, dengan menggambarkan adegan ceritra pewayangan, tantri, disertai dengan tulisan aksara Bali. Teknik pembuatan dengan memakai benda tajam (pengutik) yang digoreskan sehingga menampakan guratan-guratan sesuai dengan konsep, ide dan gagasan. Hasil goresan tersebut kemudian dilumuri cairan arang yang terbuat dari buah kemiri yang telah dicampur minyak kelapa dan mengelap kembali dengan kain kering. Sisa cairan arang kemiri yang masuk pada bagian goresan akan tetap mengendap sehingga menampakan motif gambar dan tulisan sesuai dengan yang di konsepkan. Karya seni lukis yang dibuat dari daun lontar yang ditores dengan benda tajam tersebut di atas lazim disebut dengan Seni Lukis Prasi. Seni lukis prasi ini telah ada dan berkembang di abad ke 14, pada zaman kerajaan Bali Kuno. Menurut catatan sejarah, seni lukis prasi ini pertama kali dibuat oleh Dang Hyang Nirata, seorang bagawanta dan rohaniawan kerajaan Gegel yang berkuasa di wilayah Kelungkung Bali yang datang dari tanah Pasuruan Jawa Timur. Beliau dikenal sebagai tokoh penyebar Agama Hindu, pujangga dan sastrawan di Bali. Beberapa sumber menyebutkan seni lukis prasi merupakan bentuk catatan yang dituliskan oleh para bagawanta, rohaniawan dalam menjalankan kewajiban sebagai penasehat kerajaan dan dalam pengajaran agama Hindu serta membimbing kerohanian pada kaum bangsawan (keluarga kerajaan). Mengungkap dan mengurai kembali sebuah peradaban masa lampau berpijak pada peninggalan kehidupan masyarakat yang masih berkembang sampai sekarang seperti Seni Lukis Prasi. Beberapa teori pendekatan, yang digunakan seperti teori praktik sosial, dekonstruksi, hermionitik dan komodifikasi.
Copyrights © 2012