AbstrakWarak Ngendog merupakan kreativitas budaya lokal yang menjadi maskot dalam tradisi ritual Dugderan masyarakat Kota Semarang.  Penelitian ini bertujuan  mengkaji masalah maskot seni rupa  tersebut  sebagai simbol akulturasi budaya  melalui analisis intra estetik dan ekstra estetik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek intra estetik, perwujudan Warak Ngendog sebagai maskot Dugderan merepresentasikan hewan rekaan berkaki empat yang bersifat enigmatik, unik, eksotik, dan ekspresif. Dari aspek  ekstra estetik, maskot tersebut  secara simbolik mencerminkan  akulturasi budaya Jawa, Arab, dan Cina yang merefleksikan pesan-pesan edukatif ajaran moral Islami serta nilai harmoni kehidupan masyarakat multikultur. Interaksi sistemik unsur-unsur ulama, pemerintah, masyarakat,  ritual Dugderan, dan maskot seni rupa Warak Ngendog sebagai simbol akulturasi budaya dapat berperan secara sinergis sebagai model dalam membangun integrasi budaya.AbstractWarak Ngendog, a mascot of Semarang City in Dugderan ritual tradition, is a symbolically laden cultural creativity. This research aims to study visual artwork of a mascot as a symbol of cultural accuturation through intra-aesthetic and extra-aesthetic analysis. The result of the research showed that, from intra-aesthetic aspect, the actualization of Warak Ngendog as Dugderan mascot presents fictional four-legged animal which were enigmatic, unique, exotic, and expressive. In addition, from extra-aesthetic aspects, the mascot symbolically mirrors Javanese, Arabic, and Chinese cultural acculturation reflecting educational messages of Islamic morals and invitation for harmony in a multicultural society. Creating systemic interaction between ulama, government, society, Dugderan ritual and its mascot plays important roles as a model for developing harmony and cultural integrity.© 2013 Universitas Negeri Semarang
Copyrights © 2013