<![CDATA[Surabaya semakin berkembang dengan investasi mencapai Rp 43.15 triliun pada tahun 2016. Pengembangan begitu pesat berpengaruh pada laju pembangunan. Bangunan cagar budaya menjadi terhimpit ditengah maraknya bangunan bertingkat banyak dan modern. Pembangunan ini berpengaruh pada munculnya kepasifan/keterbengkalaian bangunan cagar budaya. Salah satunya adalah bangunan bekas Bioskop Indra tepat di depan Balai Pemuda Surabaya yang memiliki masalah terhadap penanganan kesenian tari dengan memberikan fasilitas yang kurang memadai (karena fasilitas sangat universal untuk penyewaan segala macam acara). Sehingga menjadikan bangunan bekas Bioskop Indra menjadi studio tari merupakan solusi yang tepat. Melihat kontekstual lahan (transisi arsitektur kolonial dan modern) serta kebutuhan akan konservasi yang berkelanjutan, diangkatlah konsep arsitektur kinetik. Arsitektur kinetik diterapkan dengan metode diagramatik terhadap aspek transformasi formal (secara pasif), dan aspek panel façade yang merespon lingkungan (secara aktif). Tujuannya untuk memberikan keringanan pengeluaran operasional gedung, sehingga dapat terwujud konservasi yang berkelanjutan.]]>
Copyrights © 2017
