Social Climber merupakan suatu fenomena mobilitas sosial dari tingkat rendah menuju tingkat yang tinggi. Menurut Dirk Wittenborn dan Jazz Johnson bahwa social climber bertujuan mengejar persahabatan dengan mereka yang status sosialnya lebih tinggi. Dari sudut pandang psikologi, social climber merupakan salah satu perilaku abnormal karena tidak dapat mengendalikan keinginannya. Sementara dari segi tasawuf social climber merupakan suatu penyakit hati dan kelainan nafs dimana seseorang tersebut mempunyai sifat riya’ dan hubbu dunya serta nafs pada dirinya cenderung bersifat nafs ammarah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi social climber dikalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam prespektif Psikologi Barat dan tasawuf. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan taknik analisis uji statistik deskriptif. Sampel yang diambil adalah 45 orang. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa mahasiswa social climber prespektif psikologi Barat masuk pada golongan medium social climber 35,5% dan prespektif tasawuf masuk pada golongan sangat tinggi sebesar 37,7%.Adanya perbandingan hasil antara psikologi Barat dan tasawuf ini karena indikator yang digunakan berbeda. Pada tasawuf indikatornya tertuju pada spiritualitas sehingga menjadikan penilaian lebih ketat. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mahsiswa social climber secara psikologis dikatakan normal tetapi dalam segi spiritualitas hal itu termasuk buruk, sehingga disarankan agar mahasiswa social climber memperbaiki beberapa perilaku dan gaya hidup.
Copyrights © 2019