Provinsi Kalimantan Barat memiliki ragam budaya yang terdiri dari tiga etnis mayoritas, yaitu: Melayu, Dayak, dan Tionghoa. Pelestarian kebudayaan di Kalimantan barat perlu dilakukan agar tidak hilang oleh globalisasi dan modernisasi. Pada saat ini, lembaga atau organisasi yang bergerak di bidang edukasi dan informasi kebudayaan masih sangat minim, bergerak terpisah dan beberapa diantaranya tidak lagi aktif, akibatnya informasi dan pengetahuan kebudayaan belum terfasilitasi dengan baik. Perencanaan dan perancangan Pusat Studi Lintas Budaya Kalimantan Barat dibutuhkan untuk menjadi wadah edukasi, informasi, pelestarian serta menggambarkan kebudayaan. Perancangan ini memiliki fungsi penelitian, pembelajaran dan informasi. Konsep utama yang digunakan adalah “Semesta Khatulistiwa” yang menggambarkan keberagaman suku, ras, dan budaya di Kalimantan Barat, yang hidup berbaur dan berdampingan. Penerapan konsep dilakukan dengan mengadaptasi pengalaman ruang, bentuk, dan ornamen arsitektur vernakular dari 3 etnis mayoritas ke dalam bentuk baru. Bentuk dasar panjang dan panggung mengadaptasi rumah betang Dayak dengan memunculkan susunan kolom struktur pada sisi bangunan yang diangkat. Adaptasi courtyard rumah tradisional Tionghoa sebagai amphitheater atau ruang terbuka yang memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami sehingga meminimalkan penggunaan energi. Pembagian ruang mengadaptasi rumah tradisional Melayu yang terdiri dari zona publik didepan, bagian penghubung di tengah dan bagian belakang yang terpisah sebagai area servis. Kata Kunci : Pusat Studi, Lintas Budaya, Kalimantan Barat, Perancangan Arsitektur
Copyrights © 2018