Upacara Dukutan selalu diadakan pada wuku Dukut, wuku ke 29 dari 30 wuku yang dikenal oleh masyarakat Jawa.Upacara Dukutan bagi masyarakat setempat adalah sebuah keharusan demi keselamatan seluruh warga masyarakat dan segenap anak cucu serta keturunan mereka.Upacara Dukutan adalah bukti nyata bahwa masyarakat tetap menjunjung tinggi nilai budaya dan tetap menjalin hubungan erat dengan leluhur.Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi Partisipan karena peneliti ikut terjun langsung dalam penelitian, metode wawancara terstruktur karena peneliti menggunakan wawancara yang sistematis kepada informan sesuai dengan pedoman wawancara, dan studi dokumen Purposive sampling karena peneliti menentukan informasi sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan rumusan masalah yang diteliti maka pada penelitian ini menggunakan Teori Interaksional Simbolik, Teori Fungsional Struktural, Teori Behaviorisme dan Teori Religi. Hasil penelitian terhadap upacara Dukutan diperoleh tiga bahasan sebagai berikut : Analisis terhadap prosesi atau rangkaian ritual diperoleh gambaran konservatif tentang sikap masyarakat dalam menyambut dan melaksanakan upacara Dukutan yang menyangkut persiapan upacara yang didahului dengan pembuatan sesaji menumbuk jagung pertama kali, mempersiapkan isi sesaji, mempersiapkan sesaji yang dipersembahkan kepada Danyang, sesaji yang dipersembahkan di Candi Menggung. Sesaji yang dibuat penduduk,pengumpulan sesaji, pedoaan sesaji dan upacara persembahyangan Danyang, Pembacaan Ikrar Dukutan dan acara makan bersama. Dalam fungsi dan makna upacara Dukutan muncul gambaran fungsi integritas sosial, fungsi pelestarian budaya dan upacara Dukutan bermakna simbolik, kekerabatan dan religius. Sedangkan nilai-nilai Pendidikan dalam upacara dukutan adalah nilai pendidikan tatwa, nilai pendidikan etika, nilai pendidikan acara dan nilai instrinsik.
Copyrights © 2017