Bisnis pemeliharaan pesawat terbang di Indonesia masih sangat menarik sejalan dengan pertumbuhan jumlah pesawat terbang yang dimiliki maskapai domestik. Sekitar 65% porsi biaya pemeliharaan pesawat terbang milik maskapai domestik belum terserap MRO Indonesia. Sebagian besar porsi yang belum terserap tersebut adalah klaster pemeliharaan engine dan komponen pesawat terbang, dimana hanya terserap sekitar 10% (USD 100 Juta) dari 75% (USD 750 Juta Th 2017) biaya pemeliharaan engine (35%) dan komponen (45%) pesawat terbang yang dikeluarkan oleh maskapai Indonesia. Dari serapan 10% biaya pemeliharaan engine dan komponen tersebut porsi serapan biaya pemeliharaan engine saja hanya 5% (USD 50 Juta) dari 35% (USD 350 Juta) biaya pemeliharaan engine. Masih ada sekitar 30% (USD 300 Juta) yang merupakan peluang MRO Indonesia untuk mengembangkan capability pemeliharaan engine milik maskapai Indonesia. Dari beberapa tipe engine yang ada di maskapai Indonesia, CFM56-7B yang dipakai pesawat B737-800/900 mempunyai populasi terbanyak yaitu sekitar 450 engine. Hasil analisa feasibility terhadap pengembangan capability MRO engine untuk pemeliharaan CFM56-7B diperoleh hitungan ROI dan Pay Back Periodprogram pengembangan capability engine tersebut masing-masing adalah 24,57% dan 4.4 tahun dan nilai tersebut menunjukkan bahwa strategi pengembangan MRO engine CFM56-7B tersebut feasible.
Copyrights © 2020