Kenyataan dibentuk lewat proses inter subyektivitas antar masing-masing peserta komunikasi. Dari interaksi inilah, bahasa sebagai struktur yang diobyektivikasi timbul. Namun jaringan dan pola komunikasi tidak lagi lewat "tatap muka" (face to face communication) tetapi sudah menjadi "komunikasi bermedia" (mediated communication). Masalah segera muncul karena media massa - kenyataannya - dimanfaatkan oleh berbagai kelompok sosial, termasuk pemerintah yang memiliki kepentingan yang berbeda telah menjadikan media sendiri sebagai alai "manipulatif', dan bersifat 'memihak'. Realitas atau peristiwa yang dikonstruksikan media menghasilkan pseudo-events (peristiwa rekaan) sehingga mendistorsi realitas itu sendiri. Akibatnya, komunikasi bersifat monolog. bukan dialog. Sifat komunikasi monolog ditandai dengan sifat pesan yang berpusat pada dirt pribadi (self centeredness) melakukan tipu muslihat dalam pesan (deception); pesan diarahkan guna menciptakan dominasi dan eksploitasi terhadap semua khalayak; pesan komunikasi ditujukan guna memperoleh keuntungan (profit) sesuai dengan kehendakpelaku komunikasi. Alternatif jawaban masalah ini ialah bahwa orientasi komunikasi yang bersifat menolog harus diganti ke arah komunikasi dialogis. Dalam proses komunikasi dialogis orientasi komunikasi tidak lag; menitilcberatkan: "penyampaian pesan kepada' tetapi proses "peuyampaian pesan bersama orang lain. Artinya, komunikasi untuk saling melakukan transaksi secara seimbang guna menciptakan makna realitas secara bersama-sama.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2018