Artikel ini difokuskan pada pemikiran JamÄl ad-DÄ«n tentang qaá¸Ä’-qadar dan implikasinya terhadap pemikiran dakwah aqlÄniyah. Artikel ini berupa kajian literatureyang datanya diperoleh dari studi kepustakaan. Kemudian data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisa dengan menggunakan pendekatan sosio-historis dengan metode historik elektifeliminatif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa JamÄl ad-DÄ«n sangat menekankan pentingnya akal dan kebebasan manusia dalam pemikiran teologinya. Manusia, menurutnya, melalui akalnya mampu mempertimbangkan baik dan buruknya suatu perbuatan, kemudian dengan kehendaknya sendiri ia mengambil suatu keputusan, selanjutnya dengan daya yang demikian ia wujudkan dalam perbuatannyata. Manusia mempunyai kemauan sendiri atau irÄdah yang bebas, dengan tidak melupakan hubungan kebebasan pribadi itu dalam lingkungan kebebasan Allah SWT., dengan ungkapan lain bahwa qaá¸Ä’-qadar kecil yang ada pada manusia tetap berada dalam lingkup qaá¸Ä’- qadar besar pada Allah SWT. Qaá¸Ä’-qadar dalam pemikiran JamÄl adDÄ«n lebih mengarah pada sunnatullÄh (hukum alam). Artinya qaá¸Ä’- qadar adalah hukum alam yang mengatur perjalanan alam dengan sebab dan akibatnya (silsilah al-asbÄb). Pemikiran ini selanjutnya berimplikasi terhadap pemikiran dakwah aqlÄniyah, yaitu seruan atau ajakan kepada manusia untuk mengobarkan semangat tajdid/pembaharuan agar tidak terjebak dalam taklid sehingga akal tidak tunduk pada otoritas manapun. Konsep dakwah ‘aqlÄniyah JamÄl ad-DÄ«n ini mendapatkan sambutan yang cukup luas dan hampir menyebar ke seluruh dunia Islam. Pemikiran dakwah ‘aqlÄniyah bisa diimplementasikan melalui dua cara: pertama, melalui nalar dan intuisi. Dan kedua, melalui pengamatan. Pengetahuan sensual ini bergantung kepada pengetahuan aktual. Karena itu, menurut JamÄl ad-DÄ«n, manusia harus menghindari taklid dan mengoptimalkan akalnya untuk mengamati dan membaca atau meneliti ayat-ayat atau fenomenafenomena yang telah tersirat dan tersurat untuk mencapai kebenaran pengetahuan.
Copyrights © 2019