Spivak membuat pernyataan, âCan the subaltern speak?â yang meragukan suara perempuan bisa didengar untuk melawan sistem patriarkal dan kolonial. Dia juga menyatakan bahwa perempuan sebagai kelompok subaltern tidak memiliki bahasa konseptual yang mereka gunakan untuk berbicara dan tak ada telinga kaum lelakiâbaik pribumi maupun penjajahâ berkenan mendengar. Artikel ini mendeskripsikan posisi perempuan sebagai kelompok subaltern dalam mengartikulasikan bahasa melawan patriarki dan sistem kolonial dalam sastra poskolonial. Posisi inferioritas dan perempuan sebagai kelas bawah, perempuan sebagai pembantu rumah tangga ataupun perempuan tradisi, bisa bertarung, baik di ruang publik maupun domestik. Para perempuan mencoba untuk mengartikulasikan suara mereka agar didengar oleh tatanan patriarkal dan kolonial, meskipun mereka menyadari posisi mereka sebagai kelas-kedua di dalam masyarakat. Kata kunci: perempuan, subaltern, resistensi, sastra poskolonial
Copyrights © 2011