Makalah ini berangkat dari sebuah refleksi mata kuliah praktik penerjemahan dalam dua semester di sebuah program pasca sarjana, tempat penulis mengambil studi lanjut. Di program tersebut, metode lawas pengajaran praktik penerjemahan masih mendominasi. Pengajar membagikan teks sumber dari pelbagai bidang kepada mahasiswa tanpa diawali pemberian penjelasan-penjelasan tentang penugasan penerjemahan, melainkan penuh dengan “jebakan-jebakan”. Metode pengajaran demikian dikenal sebagai metode berpendekatan produk yang cenderung membuat mahasiswa tidak berkembang. Karena keterbatasan ini, beberapa pakar penerjemahan seperti Gile and Kussmaul mengklaim bahwa pengajaran praktik penerjemahan dengan pendekatan proses lebih cocok mengingat esensi terjemahan berkualitas sejatinya tidak berada di hasil akhir terjemahan, melainkan pada proses terjadinya produk akhir. Namun demikian, penekanan semata-mata hanya pada proses tanpa melihat produk akhir sebagai manifestasi proses penerjemahan tidak juga memberikan manfaat yang siknifikan bagi mahasiswa. Dalam pada itu, makalah ini menawarkan pendekatan ekletik terhadap pengajaran praktik penerjemahan.
Copyrights © 2011