Salah satu agenda penting Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat dalam kurun 2010- 2014 adalah memperluas jangkauan layanan dan keberpihakan kepada masyarakat marjinal. Demikian juga halnya dengan parenting, program ini mesti diarahkan untuk menjangkau kelompok masyarakat marjinal ini. Persoalannya, kultur masyarakat marjinal (misalnya, cara mendefinisikan diri, pandangannya terhadap keluarga dan lingkungan, perilaku berkomunikasi, dan sebagainya) berbeda dengan kultur masyarakat pada umumnya. Sehingga, pola-pola parenting yang' berlaku umum sering tidak bisa diterapkan dengan mudah pada masyarakat marjinal ini. Dengan demikian, masyarakat marjinal membutuhkan pola-pola parenting yang unik dan sesuai dengan kulturnya. Tulisan ini mencoba mengupas kultur khas masyarakat marjinal tersebut pada anak-anak pengamen jalanan di Kota Cirebon. Tulisan ini berisi tentang bagaimana anak pengamen memaknai dirinya, memaknai perannya bagi keluarga dan lingkungan, serta pola komunikasi yang terjadi antara dirinya dengan keluarga, lingkungan, dan teman di jalanan. HasiL-hasil penelitian ini merekomendasikan beberapa syarat bagi keberhasilan program parenting pada masyarakat marjinal komunitas pengamen jalanan. Parenting, pada anak-anak ini, harus dibarengi dengan penguatan kecakapan keorangtuaan, peningkatan peran sekolah sebagai pendamping, dan perubaban cara pandang pemerintah terbadap mereka.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2011