Rekam : Jurnal, Fotografi, Televisi Animasi
Vol 13, No 1 (2017): April 2017

Produksi Kultural Film Indie Ke-“Tionghoa”-An di Indonesia*

Umilia Rokhani (Unknown)



Article Info

Publish Date
20 Aug 2019

Abstract

Produksi kultural film indie ke-“tionghoa”-an berada pada struktur ruang yang membangunrelasi antarposisi dengan produksi karya lainnya. Keberadaan masyarakat Tionghoa yangsenantiasa dipermasalahkan menyebabkan agen-agen sosial berupaya membuka ruangkemungkinan melalui produksi karya. Metode yang dipergunakan adalah konstruktivismesosial yang melibatkan agen melalui production activity sehingga agen akan terlibat dalamdunianya sendiri. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan dalam struktur ruang tersebut adalahberusaha mencapai legitimasi dalam suatu struktur kuasa. Hal tersebutdiupayakan oleh agenpemroduksi film indie ke-“tionghoa”-an yang kapital modalnya lebih rendah bila dibandingkandengan produksi film komersial atau layar lebar. Strategi yang dipergunakan untuk memperolehlegitimasi film indie ke-“tionghoa-“an adalah dengan mengikuti festival film di luar negerisebagai tataran legitimasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan legitimasi yang terbangundi Indonesia melalui habitus. Dengan menempatkan Indonesia sebagai bagian dari masyarakatdunia, dominasi struktur kuasa akan mengecil. Melalui karya film indie tersebut dibanguneksistensi dan prestise melalui ekspresi karya sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkanpengakuan dan kepercayaan masyarakat dunia mengenai ke-“tionghoa”-an di Indonesia. Cultural Production of Indie Movies With Chineseness Theme in Indonesia. Culturalproduction in indie movies telling story about chineseness exists within a space structure thatestablishes a relation between the position and the production of other movies. The existenceof Chinese society that always inflicts polemic drives the social agents to try to open roomsof possibility by producing opuses. The method employed is social constructivism involvingagents through production activities so that those agents will get involved in their own world.In this case, the effort carried out is struggling to gain legitimation in a power structure. It ispracticed by indie movie producer agents who have lower production budget compared to thecommercial movie producers. In doing this, the strategy employed is joining movie festivalsabroad, considered as a higher level of legitimation, legitimation built in Indonesia via habitus.By posing Indonesian society as a part of the international society, the domination of powerstructure will lessen. Acknowledged through indie movies, existence and prestige are built bythe expression of their works in the form of movies as an opportunity to get recognition andtrust from the world society regarding the chineseness in Indonesia.

Copyrights © 2017






Journal Info

Abbrev

rekam

Publisher

Subject

Arts Humanities Education Languange, Linguistic, Communication & Media

Description

Rekam: Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi is a scientific journal published by the Asosiasi Dosen Seni Media Rekam Indonesia in collaboration with the Fakultas Seni Media Rekam, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. This journal contains articles on research results, conceptual ideas (results of ...