L aporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan 2018 mencatat bahwa kasus stunting pada anak mengalami penurunan dari 37,2 persen pada tahun 2013 menjadi 30,8% di tahun 2018 (atau menurun sebesar 6,4%). Walaupun mengalami penurunan, angka ini masih sangat mengkhawatirkan jika dibandingkan dengan cut of point prevalensi stunting di Indonesia dan badan kesehatan dunia (WHO). Tidak mengherankan jika Indonesia menempati peringkat kelima dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting terbanyak. Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu wilayah yang mempunyai prevalensi Stunting yang cukup tinggi (19,1%) dengan jumlah anak stunting (pendek dan sangat pendek) sebanyak 4.040 jiwa. Berdasarkan riview kinerja oleh Tim Pokja Stunting Propinsi NTT diketahui bahwa kinerja Kabupaten Manggarai Barat masih sangat rendah. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan konvergensi dilevel pemerintah daerah bersama semua stakeholder (pihak non pemerintah/swasta) masih sangat terbatas. Oleh karena itu, pendampingan ini dirasakan perlu dilakukan untuk memantau secara dekat kendala-kendala dilapangan. Adapun metode pendampingan yang dilakukan adalah kombinasi antara metode penyuluhan dan simulasi. Hasil yang diperoleh adalah rendahnya pemahaman Aparatur Sipil Negara (ASN) tentang stunting dan fungsi konvergensi serta pelaksanaan lintas stakeholder yang masih buruk. Rekomendasi yang di berikan adalah meningkatkan pemahaman ASN tentang stunting dan konvergensi, mensimulasikan mekanisme konvergensi serta menyempurnakan data analisis situasi untuk kelengkapan data konvergensi di aksi selanjutnya.
Copyrights © 2020