Tujuan tulisan ini adalah 1) untuk mengetahui gambaran jelas tentang kosepsi dan tata ruang yang berciri tradisional di Kerajaan Buleleng, 2) untuk memperoleh gambaran jelas landcape Kota Singaraja sebagai kota kolonial Belanda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metodologi kesejarahan yang meliputi langkah-langkah: heuritik, kritik, interpretasi, dan Hinstoriografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa landcape kota Singaraja dibangun berdasarkan perpaduan landcape tradisional (geo-religius) dengan landcape modern yang berorientasi pada kehidupan duniawi, sifat rasional ini ditunjukkan dengan adanya sanitasi lingkungan, jalan raya besar untuk transportasi modern, tempat hiburan, sekolah, pusat tentara, penjara, pengadilan dan wujud orientasi dunia barat lainnya. Sarana kota modern tersebut dimaksudkan untuk mengukuhkan kekuasaan kolonial Belanda. Tulisan dengan pendekatan ekohistoris ini dapat dikembangkan menjadi bahan pembelajaran untuk memahami strategi kolonial Belanda dalam mengurung kekuasaan tradisional yang sangat sacral dengan kekuasaan serba nyata, propan, serba iptek dan bernilai kekuasaan politik, ekonomis dan prestige sosial. Rekomendasi yang diberikan adalah diharapkan pengembangan kota Singaraja sekarang juga memperhatikan pengembangan wilayah pada masa pemerintahan kolonial Belanda, dan tetap menjaga artefak-artepak/ bangunan kolonial yang bisa dijadikan daya Tarik pariwisata Kata Kunci: Penataan Kota; Landcape tradisional; Landcape modern.Â
Copyrights © 2021