AbstractThe relationship between philosophy and the political situation is always there. You could say too often. For Louis Althusser philosophy is not a knowledge that stands in an ivory tower. He (philosophy) will always stand as a participant in every political struggle. Philosophy can be a shield for a governmental power, or it can also be a revolutionary weapon to break down power. Philosophy will always represent classes in society at stake in politics. Therefore according to Althusser, there is no such thing as a neutral philosophy. Keywords; Philosophy, Politics, Science, Ideology, Intervention, Marxism, Domination AbstrakKeterkaitan antara filsafat dan situasi politik selalu ada. Bahkan bisa dibilang terlampau sering. Bagi Louis Althusser filsafat bukanlah suatu pengetahuan yang berdiri di menara gading. Ia (filsafat) akan selalu berdiri sebagai partisipan dalam setiap pergulatan politik.Filsafat bisa menjadi tameng bagi suatu kekuasaan pemerintah, atau bisa juga menjadi senjata revolusioner untuk mendobrak kekuasaan. Filsafat akan selalu mewakili kelas-kelas dalam masyarakat dalam pertaruhannya di dalam politik. Oleh karena itu menurut Althusser tidak ada yang namanya filsafat yang netral.Kata Kunci; Filsafat, Politik, Sains, Ideologi, Intervensi, Marxisme, Dominasi
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2020