Rambu Solok ceremony is a marker for Torajan people who believe that death is close to their daily lives. During its development, this ritual began to experience cultural dynamics, particularly concerning clashes with new thinkings described in the Puya ke Puya novel, the work of Faisal Oddang, who won the 2014 Jakarta Arts Council novel writing contest. Thinking conflicts were seen from the viewpoint of several figures. To relate the literary texts and social context, this paper uses a literature sociological approach. Meanwhile, the theory that frames this paper is the cultural theory of C.A. van Peursen. The method used in this article was the descriptive-analytical method. The results showed that the cultural dynamics in the traditions of the Torajan people were due to the emergence of new thinkings among the community members. In Puya ke Puya, the cultural dynamics are displayed through Allu figures representing ontological thinking, and Tina Ralla, Rante Ralla, and Maria Ralla, who represent mystical thinking. The cultural dynamics arise the resistance and negotiation in these communities. AbstrakUpacara Rambu Solok merupakan penanda bagi masyarakat Toraja yang memosisikan kematian dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dalam perkembangannya, ritual ini mulai mengalami dinamikabudaya, terutama dalam kaitannya dengan perbenturan dengan pemikiran yang baru sebagaimana terungkap dalam novel Puya ke Puya, karya Faisal Oddang yang memenangi lomba penulisan novel Dewan Kesenian Jakarta tahun 2014. Pertentangan pemikiran terlihat dari sudut pandang beberapa tokoh. Untuk mengaitkan teks sastra dan konteks sosial, tulisan ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Sementara itu, teori yang membingkai tulisan ini adalah teori budaya dari C.A. van Peursen. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika budaya pada tradisi masyarakat Toraja disebabkan oleh munculnya pemikiran baru pada anggota masyarakat tersebut. Dalam Puya ke Puya, dinamika budaya tersebut ditampilkan melalui tokoh Allu yang merepresentasikan pemikiran ontologis dan Tina Ralla, Rante Ralla, dan Maria Ralla yang merepresentasikan pemikiran mistis. Dinamika budaya tersebut memunculkan resistensi dan negosiasi pada masyarakat tersebut.
Copyrights © 2020