Debat pilpres merupakan wadah bagi kandidat menyampaikan opini politik, kebijakan publik, dan kritik terhadap kandidat lawan. Dalam lingkup politik ini, tindak tutur dipergunakan untuk memperoleh dukungan dan membangun persepsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ujaran Trump dan Clinton dalam debat pilpres AS tahun 2016 menggunakan teori tindak tutur dan implikatur untuk menemukan maksud dari ujaran kedua kandidat, serta keterkaitannya dengan kondisi saat ini. Dari hasil temuan terdapat 72 lokusi dari Trump, yaitu: 31 (43,1%) asertif, 22 (30,5%) ekspresif, 11 (15,3%) direktif, 8 (11,1%) komisif, dan 0 (0%) deklaratif, dan 71 lokusi dari Clinton, yaitu: 42 (60%) asertif, 11 (16%) ekspresif, 9 (12%) direktif, 9 (12%) komisif, dan 0 (0%) deklaratif. Trump mendominasi perdebatan karena sering menggunakan proposisi eksplisit yang memperkuat pesan dan lebih mudah dipahami. Sedangkan Clinton menyampaikan pesan secara implisit dan memakai makna tersirat metaforis yang mengesankan masyarakat, namun sulit untuk dipahami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tindak tutur dapat mendoktrin penerima melakukan sesuatu, seperti berpikir, mengungkapkan, dan melakukan kepentingan dalam proposisi. Kajian ini memberikan wawasan bagi masyarakat dalam menilai calon pemimpin melalui pemahaman tindak tutur dan implikatur dalam debat pilpres pada periode berikutnya.
Copyrights © 2020