Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

The Use of Taboo in Djenar Maesa Ayu’s Mereka bilang, saya monyet! Nurhantoro, Tri Septa
Journal of Language and Literature Vol 14, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.74 KB)

Abstract

This paper concerns on the use of taboo expressions in a literary work: Djenar’s Mereka Bilang Saya Monyet!, which is about eighty. Based on those data, those expressions can be grouped into their categories and degrees of politeness-impoliteness. Those categories are: comparison with animal, bodily effluvia, bodily organ, mental defect, disease, torturing-rapingkilling, sexual activity, sexual-related behavior, consumption, place and verbal insult. Meanwhile, the degrees of politeness-impoliteness are: euphemism, orthophemism and dysphemism. It is expected that the reader of this paper can comprehend the use of taboo, particularly in a literary work. Keywords: taboo, politeness, impoliteness
The Use of Taboo in Djenar Maesa Ayu’s Mereka bilang, saya monyet! Nurhantoro, Tri Septa
Journal of Language and Literature Vol 14, No 2 (2014): October
Publisher : Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.456 KB) | DOI: 10.24071/joll.v14i2.383

Abstract

This paper concerns on the use of taboo expressions in a literary work: Djenar’s Mereka Bilang Saya Monyet!, which is about eighty. Based on those data, those expressions can be grouped into their categories and degrees of politeness-impoliteness. Those categories are: comparison with animal, bodily effluvia, bodily organ, mental defect, disease, torturing-rapingkilling, sexual activity, sexual-related behavior, consumption, place and verbal insult. Meanwhile, the degrees of politeness-impoliteness are: euphemism, orthophemism and dysphemism. It is expected that the reader of this paper can comprehend the use of taboo, particularly in a literary work. Keywords: taboo, politeness, impoliteness
Pelatihan Bahasa Inggris Untuk Pelaku Usaha Di Kawasan Pariwisata Desa Gading, Kecamatan Playen, Gunungkidul Nurhantoro, Tri Septa
Jurnal Pengabdian Dharma Bakti VOL 1, NO 1 (2018): FEBRUARI 2018
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.84 KB) | DOI: 10.35842/jpdb.v1i1.12

Abstract

Desa Gading, Kecamatan Playen, Gunungkidul memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Namun keterbatasan kapasitas SDM terutama dalam penguasaan bahasa asing dan pemahaman lintas budaya cukup menghambat pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Metode pelatihan bahasa Inggris dan pemahaman lintas budaya diharapkan dapat mempersiapkan masyarakat Desa Gading untuk meningkatkan potensi pariwisata. Kegiatan pelatihan diikuti oleh 26 peserta yang mayoritas merupakan pelaku usaha. Berdasarkan hasil dari penyelenggaraan pelatihan, penguasaan bahasa Inggris dan pemahaman lintas budaya yang lebih mendalam sangat diperlukan oleh pelaku usaha di Desa Gading. Kata kunci: pelatihan bahasa Inggris, pelaku usaha, pariwisata
KAJIAN PRAGMATIK DEBAT PEMILIHAN PRESIDEN AMERIKA SERIKAT PUTARAN PERTAMA TAHUN 2016 Fatkur Rozak, Tri Septa Nurhantoro, Apriliana Hapsari,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Vol 2, No 1 (2020): Tetap Produktif dan Eksis Selama dan Pasca Pandemi COVID-19
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Debat pilpres merupakan wadah bagi kandidat menyampaikan opini politik, kebijakan publik, dan kritik terhadap kandidat lawan. Dalam lingkup politik ini, tindak tutur dipergunakan untuk memperoleh dukungan dan membangun persepsi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa ujaran Trump dan Clinton dalam debat pilpres AS tahun 2016 menggunakan teori tindak tutur dan implikatur untuk menemukan maksud dari ujaran kedua kandidat, serta keterkaitannya dengan kondisi saat ini. Dari hasil temuan terdapat 72 lokusi dari Trump, yaitu: 31 (43,1%) asertif, 22 (30,5%) ekspresif, 11 (15,3%) direktif, 8 (11,1%) komisif, dan 0 (0%) deklaratif, dan 71 lokusi dari Clinton, yaitu: 42 (60%) asertif, 11 (16%) ekspresif, 9 (12%) direktif, 9 (12%) komisif, dan 0 (0%) deklaratif. Trump mendominasi perdebatan karena sering menggunakan proposisi eksplisit yang memperkuat pesan dan lebih mudah dipahami. Sedangkan Clinton menyampaikan pesan secara implisit dan memakai makna tersirat metaforis yang mengesankan masyarakat, namun sulit untuk dipahami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tindak tutur dapat mendoktrin penerima melakukan sesuatu, seperti berpikir, mengungkapkan, dan melakukan kepentingan dalam proposisi. Kajian ini memberikan wawasan bagi masyarakat dalam menilai calon pemimpin melalui pemahaman tindak tutur dan implikatur dalam debat pilpres pada periode berikutnya.
PELATIHAN MENULIS KREATIF UNTUK PESERTA DIDIK DI PPA DOMBY KID’S HOPE GAJAH WONG Zaqyah Darojah, Erischa Rahayu Putri, Yohanes Angie Kristiawan, Tri Septa Nurhantoro, Fatkur Rozak,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Vol 2, No 1 (2020): Tetap Produktif dan Eksis Selama dan Pasca Pandemi COVID-19
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keterampilan menulis adalah bagian dari keterampilan berbahasa. Keterampilan menulis saat ini dirasa membutuhkan perhatian lebih khususnya dari generasi muda. Oleh karena itu, program ini diselenggarakan dengan tujuan memberikan edukasi dan pelatihan menulis kreatif kepada anakanak dari Domby Kid’s Hope Gajah Wong Yogyakarta yang disesuaikan dengan nalar dan kebutuhan anak. Domby Kid’s Hope sendiri merupakan sebuah LSM non-profit dengan bentuk Pusat Pengembangan Anak (PPA) yang dicetuskan oleh Yayasan Pelita Bangsa Jogja yang menjalin kerjasama dengan Compassion International. Tujuan didirikannya Domby Kid's Hope adalah memberikan pendidikan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga yang membutuhkan atau kurang mampu secara ekonomi.Ada dua metode pengajaran yang diterapkan, yaitu Communicative Language Teaching method dan Task-Based Language Teaching Method. Menurut David Nunan, TBLT merupakan classroom work yang berorientasi pada hasil (completeness). Skema pelatihan yang diterapkan bertujuan agar anak mampu menghasil satu karya tulisan kreatif mereka. Tulisan kreatif yang dihasilkan dibuat berdasarkan hal-hal yang sudah dipelajari saat pelatihan salah satunya adalah penggunaan figurative language. Penulisan kreatif ini dibuat dengan format kompetisi sehingga anak-anak semakin antusias untuk mencurahkan ide atau gagasan mereka. Di akhir, anak-anak menerimakan bukti pelatihan berupa sertifikat pelatihan menulis kreatif. Adapun hasil tulisan anak-anak ini akan dimasukkan dalam kompilasi buku cerita anak.
PENTINGNYA BILINGUAL SAFETY AND WARNING BAGI DAERAH RAWAN BENCANA Ahmad Misbahul Munir, Novi Wulandari, Tri Septa Nurhantoro,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Vol 1, No 1 (2019): Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.736 KB)

Abstract

Sebagai negara yang berada di Pacific Ring of Fire, Indonesia sangat rentan dengan tejadinya bencana alam. Namun disisi lain, Indonesia merupakan salah satu destinasi yang banyak dituju oleh masyarakat mancanegara karena potensinya di bidang pariwisata dan pendidikan. Dengan demikian perlu adanya upaya untuk menanggulangi dampak bencana yang masif, yaitu dengan penempatan bilingual safety and warning di titik-titik rawan bencana. Tujuannya adalah agar proses sosialisasi dan komunikasi seputar kebencanaan kepada seluruh masyarakat, termasuk masyarakat mancanegara, ketika teradi bencana menjadi lebih efektif dan efisien, dimana pada umumnya mereka akan mengalami chaos (kepanikan luar biasa). Antisipasi dan penanganan bencana adalah tanggungjawab bersama dan pengadaan bilingual safety and warning menjadi salah satu upayanya. Kata kunci: bilingual safety and warning, rawan bencanaIndonesia is very susceptible for natural disasters to happen because it lies in the Pacific Ring of Fire. But, Indonesia also becomes one prospective destination for foreigners because of its potentials in tourism and education. Therefore, there must be an effort to overcome the massive impacts of the natural disasters, like placing bilingual safety and warning in every disaster prone, so that the communication and socialization related to the disaster to everyone including the foreigners become more effective and efficient. Generally, people would experience chaos (an extreme panic attack) when the disaster happens. Anticipating and handling disasters are the responsibility of everyone, and bilingual safety and warning can be one of the efforts.Keywords: bilingual safety and warning, disaster prone
EKSPLORASI HUMOR VERBAL DALAM POSTINGAN CHANNEL YOUTUBE “WAGU – WATON GUYON” Navryin Desta Gracelia, Tri Septa Nurhantoro, Novi Wulandari, S.S., M.A,
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Vol 1, No 2 (2019): Prosiding Seminar Nasional : Pemanfaatan Literasi Digital Dalam Publikasi Ilmiah
Publisher : Universitas Respati Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Humor merupakan fenomena umum yang berperan penting dalam kehidupan manusia ketika berinteraksi dan berkomunikasi, serta dapat dipergunakan dalam lingkup yang sangat luas. Di era internet digital sekarang ini, media berinteraksi dan berkomunikasi menjadi sangat tidak terbatas. Seperti channel YouTube yang saat ini menjadi media untuk megelola konten video untuk dapat diakses banyak orang seluruh dunia. Salah satunya, “Wagu – Waton Guyon” yang sudah diikuti oleh 920.000 pengguna (subscriber) dengan postingan video yang telah diakses oleh jutaan penonton. Sumber data penelitian diambil dari postingan video dalam sebuah channel YouTube tersebut, dimana dalam analisis 70 data ditemukan banyak humor disampaikan dalam bentuk permainan kata sejumlah 41 data (58,57%), bentuk ironi verbal sejumlah 19 data (27,14%), dan bentuk alusi sebanyak 10 data (14,29%). Sedangkan berdasarkan analisis fungsi humor, terdapat humor yang disampaikan sebagai sarana menjelaskan sejumlah 34 data (48,57%), sebagai sarana penghibur sejumlah 24 data (34,29%), dan sebagai sarana kritikan/ejekan sebanyak 12 data (17,14%). Dalam penyampaian humor verbal terdapat penggunaan bahasa yang campur aduk, cenderung kompleks, susah dimengerti, tumpang tindih, disampaikan dengan campuran berbagai bahasa, penggunaan kosakata-kosakata yang dipergunakan tidak semestinya dan tidak berkaitan, serta berpindah dari satu topik ke topik yang lainnya.Kata Kunci: humor verbal; YouTube; fungsi; bentuk
Exploring the use of english in instagram and its influence on the user’s identity Tri Septa Nurhantoro; Novi Wulandari
(JELE) Journal Of English Language and Education Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.44 KB) | DOI: 10.26486/jele.v3i2.322

Abstract

English has been used widely in almost all international forums. In line with the rapid use of social media, in this case Instagram, English is also widely used as the language of self-expression by most of its users, both native and non-native speakers. At least, this is what happened in Indonesia. Most of Indonesian Instagram users, especially youth, use English to write their caption. This phenomenon is important to explore since there is a belief that by actively using a foreign language, it will reduce the sense of nationality within oneself, and even it will lead to the loss of one’s identity. Identity today becomes a very important issue since it shows the sense of belonging of oneself in his/her social interaction. The thing is that the social interaction model in social media is much more complex than the interaction model in the real life. In social media, most of the users do not merely want to show who they really are. They tend to have certain motive on how they can be accepted and appreciated by other users. In other words, they want to be the subject of attention instead of being themselves. Therefore, the concept of identity becomes blurred. Based on the previous description, through the direct observation method, this research aims to seek whether the use of English influences the identity of Indonesian users.
Exploring the use of english in instagram and its influence on the user’s identity Tri Septa Nurhantoro; Novi Wulandari
(JELE) Journal Of English Language and Education Vol 3, No 2 (2017)
Publisher : LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.44 KB) | DOI: 10.26486/jele.v3i2.322

Abstract

English has been used widely in almost all international forums. In line with the rapid use of social media, in this case Instagram, English is also widely used as the language of self-expression by most of its users, both native and non-native speakers. At least, this is what happened in Indonesia. Most of Indonesian Instagram users, especially youth, use English to write their caption. This phenomenon is important to explore since there is a belief that by actively using a foreign language, it will reduce the sense of nationality within oneself, and even it will lead to the loss of one’s identity. Identity today becomes a very important issue since it shows the sense of belonging of oneself in his/her social interaction. The thing is that the social interaction model in social media is much more complex than the interaction model in the real life. In social media, most of the users do not merely want to show who they really are. They tend to have certain motive on how they can be accepted and appreciated by other users. In other words, they want to be the subject of attention instead of being themselves. Therefore, the concept of identity becomes blurred. Based on the previous description, through the direct observation method, this research aims to seek whether the use of English influences the identity of Indonesian users.
RETHINKING GENDER DISCRIMINATION: THE RESTRICTION OF PAKISTAN WOMEN’S RIGHTS THROUGH CULTURAL AND POLITICAL INTERESTS AS PORTRAYED IN AISHA SAEED’S AMAL UNBOUND Elah Patimah; Tri Septa Nurhantoro; Dwi Lisa Susanti
JELLT (Journal of English Language and Language Teaching) Vol 5 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36597/jellt.v5i1.10027

Abstract

Gender bias is a problematic issue until today. World has been accepted and convinced that gender is socially constructed, but society grows with a confusion of gender bias that leads to an endless feminist movement. A case on gender discrimination occurs in Pakistan, where inequality needs attention as it has been intersected with cultural and political practices. This seems to restrict any effort regarded to equality. This research aims to identify manifestations of gender discrimination experienced by the main character in Amal Unbound and to analyze aspects of cultural and political matters related to the restriction of Pakistan women. This research applied a descriptive qualitative method in the analysis. The data were analyzed by using Butler's concepts on gender. The findings indicate that the main character experienced various manifestations of gender discrimination, such as marginalization, subordination, stereotype, and violence. She has been in a worse condition as being restricted by practices of constructed culture and politics in Pakistan.