JURNAL WALENNAE
Vol 18 No 2 (2020)

JARINGAN BUDAYA KERAJAAN SOPPENG PERIODE ISLAM BERDASARKAN DATA KUBUR JERA LOMPOE

Muhammad Nur (Departmen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin)
Yusriana Yusriana (Department Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin)
Akin Duli (Departmen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin)
Khadijah Tahir Muda (Departmen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin)
Rosmawati Rosmawati (Departmen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin)
Andi M. Akhmar (Departmen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin)
Syahruddin Mansyur (Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan)
Chalid A.S. (Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar)
Asmunandar Asmunandar (Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar)



Article Info

Publish Date
30 Nov 2020

Abstract

Jaringan budaya kerajaan Soppeng pra-Islam telah dibahas oleh beberapa peneliti sehingga kita memiliki gambaran yang luas tentang periode tersebut. Pada periode Islam, pemahaman kita tentang jaringan budaya kerajaan Soppeng masih terbatas, terutama dalam perspektif arkeologi. Artikel ini akan fokus pada diskusi tentang jaringan budaya kerajaan Soppeng berdasarkan data kubur Jera Lompoe, dengan titik berat analisis pada nisan kubur. Data sekunder berupa hasil kajian sejarah akan mendukung analisis arkeologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada lima informasi tentang jaringan budaya kerajaan Soppeng abad ke-17 hingga abad ke-19, yaitu: (a) nisan Aceh tipe K, (b) nisan tipe hulu keris dan mahkota, (c) nisan tipe pedang, (d) makam duta kerajaan Sidenreng dan Pajung Luwu, dan (e) makam We Adang, istri salah seorang Raja Bone. Luasnya jaringan budaya kerajaan Soppeng pada abad ke-17 hingga ke-19 menjadi petunjuk tentang peran pentingnya dalam historiografi Sulawesi Selatan dan keikutsertaannya dalam trend penggunaan nisan kubur se-Nusantara.

Copyrights © 2020






Journal Info

Abbrev

walennae

Publisher

Subject

Arts Humanities

Description

Walennae’s name was taken from the oldest river, archaeologically, which had flowed most of ancient life even today in South Sulawesi. Walennae Journal is published by Balai Arkeologi Sulawesi Selatan as a way of publication and information on research results in the archaeology and related ...