Berkarya seni rupa pada masa pandemi covid-19 merupakan pengalaman yang cukup menantang bagi seniman. Diterapkannya kebijakan pemerintah mengenai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, memaksa setiap orang termasuk seniman untuk lebih banyak tinggal di rumah, bagi seniman kondisi seperti ini telah berdampak pada keterbatasan dalam mendapatkan ruang berekspresi, untuk berinteraksi dengan publiknya, yakni sanggar maupun galeri. Pada sisi lain seniman juga kesulitan untuk mendapatkan stok medium berkarya, seperti: kanvas dan cat minyak. Kondisi seperti ini memaksa seniman untuk berkreativitas mencari jalan keluar, sehingga hasrat seninya tetap tercapai. Penggunaan medium non konvensional untuk berkarya adalah jawaban seniman kerap lakukan, mengingat medium ini jumlahnya tidak terbatas, serta masih sangat luas untuk dieksplorasi, menjadi bentuk seni baru. Begitupun mengenai ruang saluran ekspresi, untuk mendapat umpan balik dari publik seninya, bisa memanfaatkan piranti teknologi komunikasi, melalui aplikasi interaktif. Pameran dan diskusi seni di ruang maya menjadi alternatif baru, dengan jangkauan dan publik yang lebih luas. Kreatifitas ini menarik mengingat melingkupi penyikapan seniman atas medium serta bagaimana komunikasi seni sebagai dilemma yang harus diatasi.
Copyrights © 2020