Ide konservasi keanekaragaman hayati muncul untuk mengatasi krisis ekologi. Namun, implementasinya tidak terlepas dari berbagai dampak sosial seperti alienasi masyarakat, konflik, dan kemiskinan. Dalam pengelolaan konservasi terdapat hubungan antara manusia dan alam yang bersifat politis, salah satunya mengenai akses terhadap sumber daya atau ruang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis siapa yang mendapat akses atau mengalami eksklusi dan melalui mekanisme apa mereka mendapatkan akses atau mengalami eksklusi dari ruang Taman Nasional Komodo (KNP). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi studi kasus. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, pengelolaan konservasi yang semula berbasis ekologi (ecological-based conservation/EBC) bergeser menjadi berbasis pasar (market-based conservation/MBC) mengakibatkan adanya perubahan aktor. Kedua, sebagai implikasinya, terdapat sekumpulan kekuasaan baru, dimana setiap aktor dengan sekumpulan kekuasaan yang berbeda muncul pada setiap tipe periode konservasi. Pada periode EBC, terjadi ketimpangan kekuasaan antara masyarakat lokal di satu sisi, dengan pengelola KNP dan LSM konservasi di sisi lainnya. Aspek yuridis menjadi sumber kekuasaan yang terakhir. Sementara pada periode MBC, sumber kekuasaan berupa pasar dan yuridis. Ketiga, baik pada periode EBC maupun MBC, terdapat kekuatan yang mengakibatkan eksklusi terhadap masyarakat lokal.
Copyrights © 2021